Sabtu, 27 November 2021

PRIBADI YANG MURAH HATI (6)

 

Ayat Bacaan Hari ini: 2 Korintus 8:1-15

 

Ayat Hafalan: Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. 2 Korintus 8:2

 

Kemurahan hati bukanlah sifat yang kita bawa sejak lahir. Ketika kita datang ke dunia ini, fokus kita adalah menerima: Kita hanya berpikir tentang mendapatkan pemenuhan kebutuhan kita, seperti yang biasa dikatakan para orangtua bayi yang baru lahir. Tetapi pada saatnya, anak-anak mulai suka memberi. Itulah sebabnya mereka memetik bunga rumput dan memberikannya kepada ibu mereka sebagai persembahan mereka yang sangat berharga. Kita juga dapat belajar untuk suka memberi kepada Tuhan. Pada awalnya pemberian kita mungkin hanya sedikit/kecil karena kita hanya mendasarkannya pada yang kita anggap mampu kita berikan. Namun ketika kita makin mengalami kesetiaan Allah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita, kepercayaan kita meningkat dan kita akan makin rela untuk memberi dengan murah hati.

Di dalam 2 Korintus 8:1-6, rasul Paulus menunjukkan tentang sekelompok orang percaya di Makedonia yang sudah lebih dulu mengenal kebenaran ini. Ketika mereka mendengar tentang kebutuhan finansial gereja Yerusalem, mereka ingin menolong. Paulus memakai mereka sebagai contoh untuk mendorong jemaat di Korintus melakukan hal yang sama. Dengan menerapkan empat prinsip alkitabiah dari ayat-ayat ini, kita juga bisa mengambil pelajaran dari teladan mereka:

 

1. Kemurahan hati tidak didasarkan pada kelebihan.

Kita kadang berpikir bahwa kita akan memberi lebih jika kita memiliki lebih. Padahal dalam kenyataannya, jika kita tidak bermurah hati dengan pendapatan kita yang sedikit, akan diragukan apakah kita akan bermurah hati ketika memiliki pendapatan yang lebih besar. Dari semua penampakan luar, orang-orang Kristen di Makedonia tidak memiliki kelebihan untuk diberikan. Namun, meskipun mereka hidup dalam kemiskinan dan mengalami kesulitan besar, mereka memiliki sukacita yang melimpah dan kerelaan hati yang luar biasa (2 Korintus 8:2). Mereka dengan sukarela memberikan, bukan saja yang dapat mereka berikan, tetapi bahkan yang melampaui kemampuan mereka (2 Korintus 8:3).

 

2. Kemurahan hati mengalir dari hati yang berbelas kasihan.

Boleh jadi, yang membuat orang Makedonia begitu bermurah hati adalah karena mereka tahu benar, bagaimana rasanya berada dalam kesulitan dan mengalami pemeliharaan kasih setia Allah. Begitu mereka mendengar tentang keadaan orang-orang kudus di Yerusalem, hati mereka dipenuhi dengan belas kasihan, dan mereka meminta Paulus agar memberi mereka kehormatan untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung saudara-saudari itu (2 Korintus 8:4).

 

Seberapa sering kita memandang memberi itu sebagai hak istimewa? Kita mungkin senang memberi hadiah Natal untuk orang-orang terkasih, tetapi apakah kita juga senang berkontribusi untuk pekerjaan Tuhan? Apakah pengedaran kantong persembahan atau pengumuman tentang suatu kebutuhan di gereja lebih menimbulkan rasa sebagai “kewajiban” daripada sukacita? Ingat, “Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita,” bukan orang yang memberi karena terpaksa atau merasa bersalah (2 Korintus 9:7). 

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031