Senin, 13 September 2021
TUHAN MENYUKAI KERENDAHAN HATI (1)
Ayat Bacaan Hari ini: Lukas 18:9-14
Ayat Hafalan: Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Lukas 18:14b
Dalam semua budaya, kerendahan hati adalah salah satu karakter yang mulia. Konflik, pertikaian dan perang lebih kerap terjadi bukan atas dasar kebutuhan, melainkan ketiadaan kerendahan hati. Kesombongan adalah alasan mengapa Lucifer dan manusia jatuh dalam dosa. Lucifer termotivasi untuk “…hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (Yesaya 14:14). Hawa juga tertarik makan buah pohon pengetahuan karena bujukan dari Iblis, dimana “…pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah…“ (Kejadian 3:5). Keinginan manusia untuk tidak mau lagi dibawah otirtas Allah, dan menjadikan diri mereka menjadi otoritas yang tertinggi dalam kehidupan mereka justru mematikan mereka dan terpisah dari Allah.
Kesombongan adalah dosa awal, ia mendahului dari segala dosa ada. Alkitab mengatakan “Keangkuhan merendahkan orang..” (Amsal 29:23), karenanya perbuatan angkuh dari Lucifer menjadikan Ia Setan dan menjadikan malaikat yang dibawah otoritasnya menjadi iblis dan roh jahat. Demikian pula dengan Adam dan Hawa, keangkuhan mereka menajdikan diri mereka dan seluruh keturunan manusia jatuh dalam dosa keturunan. Sehingga bagi manusia, sombong adalah hal yang muncul secara bawaan tanpa dipelajari, namun kerendahan hati adalah karakter yang dipelajari.
Kerendahan hati adalah syarat menerima anugerah Allah
Kerendahan hati adalah hal yang utama dalam kehidupan kekristenan. Bahkan ciri kerendahan hati inilah yang paling pertama kalinya di sebut oleh Tuhan Yesus dalam kotbah-Nya dia atas bukit. Ia berkata “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3). Yang dimaksud miskin oleh Yesus adalah keadaan yang sangat miskin sehingga membuat orang tersebut mengemis. Dan yang dimaksud miskin disini bukanlah miskin harta melainkah miskin di hadapan Allah, yaitu suatu kondisi hati dimana orang tersebut sangat membutuhkan Allah sampai-sampai ia mengemis kepada Allah untuk memohon belaskasihan. Dan orang-orang yang demikianlah yang Yesus sebut orang-orang yang memiliki Kerajaan Sorga. Alkitab juga menceritakan bagaimana Yesus menegur orang-orang yang menganggap diri mereka lebih tinggi dari orang lain dengan merendahkan orang lain.
Yesus menceritakan juga perumpamaan di dalam Lukas 18:9-14 yang ditujukan-Nya kepada orang yang memandang rendah orang lain, tetapi yakin bahwa dirinya sendiri baik. Dari perumpamaan yang diceritakan tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah memilih untuk membenarkan orang yang rendah hati dan bukannya orang yang tinggi hati. Karena hanya orang-orang yang rendah hatilah yang sadar bahwa ia memerlukan kemurahan Allah. Sedangkan orang yang tinggi hati merasa benar dan tidak membutuhkan kemurahan Allah melainkan merasa pantas untuk dibenarkan, orang-orang yang bepikir demikianlah yang tidak Tuhan benarkan, sebab adalah keliru jika manusia dapat dibenarkan karena perbuatan mereka.
(Bersambung…)
No responses yet