Sabtu, 03 Oktober 2020
TRANSFORMASI KARAKTER (3)
Ayat Bacaan Hari ini: Matius 12:22-37
Ayat Hafalan: “Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” Matius 12:34
Seringkali kita bertanya-tanya, mengapa kita tidak dapat bersikap seperti apa yang kita harapkan? Mengapa justru hal-hal yang buruk yang kita lakukan? Saya akan mengajak Anda untuk melihat seberapa jauh hubungan antara hati dengan karakter kita.
HATI membentuk pikiran, PIKIRAN membentuk pemahaman atau ‘apa yang dipercayai”, PEMAHAMAN membentuk kebiasaan, KEBIASAAN membentuk karakter, dan akhirnya KARAKTER secara permanen nampak dalam setiap tingkahlaku kita.
Mengapa perubahan karakter harus dimulai dari hati?
Hati adalah pusat yang mengendalikan segala kemauan kita. Orang Ibrani menyebutnya dengan “lev” dan orang Yunani menyebut dengan “kardia”. Hati adalah tempat di mana Tuhan bertahkta dan memerintah hidup seseorang.
Tuhan Yesus Kristus berkata: “Karena apa yang diucapkan mulut meluap dari hati” (Matius 12:34). “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” (Matius 15:19). Penulis Amsal mengatakan: “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu” (Amsal 27:19).
Artinya, setiap tindakan yang kita lakukan dengan hati yang tulus dan murni akan memperlihatkan integritas kita sebagai orang yang percaya dan takut kepada Tuhan.
Hati membentuk Pikiran. Ketika hati kita tulus dan baik, pasti kita akan memikirkan hal-hal yang baik. Tetapi ketika hati kita jahat pastilah kita akan memikirkan kejahatan, termasuk bersikap hipokrit atau munafik.
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh seberapa besar kita membentuk hati setiap murid yang kita didik. Jangan pernah berpikir untuk mengubah sikap murid sebelum mengubah hatinya.
Anda tidak bisa membuat murid anda berpikir tentang matematika sebelum membuat hati mereka senang dengan matematika. Jadi sebelum membuat murid Anda betah dengan pelajaran anda, Anda harus bisa membuat hati mereka mendorong mereka untuk menyenangi pelajaran Anda.
Dalam hal sikap dan profesionalitas guru. Anda akan bersikap masa bodoh dengan murid Anda jika hati anda sebagai guru tidak berorientasi pada pendidikan tetapi pada materi. Anda akan disebut berintegritas apabila Anda tetap memegang prinsip ini: “Saya adalah pahlawan tanpa tanda jasa.”
Pikiran membentuk Pemahaman. Apa yang menjadi pikiran ada akan terplot menjadi sebuah pemahaman atau kepercayaan. Ketika orang berpikir bumi ini datar, maka terbentuklah pemahaman bahwa ada yang menopangnya. (Bersambung…)
No responses yet