Rabu, 02 Desember 2020
TRANSFORMASI DI DALAM PUJIAN PENYEMBAHAN (2)
Ayat Bacaan Hari ini: Mazmur 95:1-11
Ayat Hafalan: “Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.” Mazmur 95:2
( Sambungan… )
b. Ibadah itu verbal dan hidup
Di ayat 1 dan 2 Pemazmur menyerukan:
1 Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. 2 Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
“Bersorak-sorai, Bersorak-sorak”. Tentu kita tidak dapat bersorak-sorai tanpa membuka mulut kita! Memang kita dapat memuji dan menyembah Tuhan tanpa kata-kata (di dalam keheningan), namun di dalam ibadah gereja Tuhan ingin mendengar suara kita. Tuhan ingin kita bersorak bagiNya.
Ibadah tidak hanya verbal, tetapi juga hidup/semangat. Di dalam Perjanjian Lama umat Tuhan merayakan perjumpaan mereka dengan Tuhan dengan bersemangat/antusias. Raja Daud menari dan melompat di hadapan Tuhan. Ini bisa kita baca di 2 Samuel 6:16.
Kata “bersorak-sorak” , juga dipakai di dalam Perjanjian Lama untuk merayakan kemenangan. Sebagai contoh kita membaca di 1 Samuel 4:5
“Segera sesudah tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar”.
Jika hati kita sungguh dipenuhi kasih Allah, apalagi yang akan kita lakukan selain bersorak bagiNya?
c. Ibadah berpusat pada Allah
Kita bernyanyi bukan untuk meluapkan emosi kita. Kita bernyanyi bukan untuk membuat diri kita lega. Ibadah kita tidak bertujuan menyenangkan hati manusia. Fokus ibadah bukanlah ‘kita’, melainkan ‘Tuhan Allah’.
Perhatikanlah ayat 1 dan 2: ‘1 Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. 2 Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur’.
Di dalam ibadah kita tidak boleh seorangpun mencuri kemuliaan yang hanya menjadi milik Tuhan. Jika ibadah kita berpusat pada Allah, maka hal-hal yang lain akan mendapat tempat yang seharusnya.
d. Ibadah didasarkan pada kebenaran
Di ayat 3-5 kita membaca kedaulatan Allah sebagai dasar ibadah kita. Pemerintahan Allah meliputi segala realitas di langit dan bumi.
Tidak ada apapun dan siapapun yang berada di luar kekuasaan Tuhan.
‘Bagian-bagian bumi yang paling dalam,
puncak gunung-gunung, laut, darat’: ini semua menekankan totalitas dari ciptaan Tuhan dan kendali Tuhan atas dunia ini.
Dunia ini bukan hanya karya pekerjaan Tuhan di masa lampau. Dunia ini masih tetap ada di tanganNya.
Pujian kita yang kolektif, verbal, hidup, berpusat pada Allah harus berdasarkan kebenaran ‘siapakah Allah, apa yang telah Ia kerjakan, dan apa yang masih Ia kerjakan’. Pemazmur menyerukan kita untuk bersorak atas kebesaran Allah!
(Bersambung…)
No responses yet