Senin, 27 September 2021
TELADAN RENDAH HATI (1)
Ayat Bacaan Hari ini: Filipi 2:1-11
Ayat Hafalan: karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, Filipi 2:2
Kristus adalah tokoh sekaligus guru paling sempurna yang mana, pada-Nya kita dapat belajar banyak hal. Khususnya dalam hal kerendahan hati. Kerendahan hati yang Yesus tunjukan sangatlah luar biasa dan agung. Yesus yang adalah Allah itu sendiri, telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba (ayat 7). Allah turun ke dunia, meninggalkan semua kenyamanann-Nya, keagungan-Nya, dan kemewahan-Nya. Ia hadir bukan hanya untuk menjadi sekadar manusia biasa, melainkan Ia hadir untuk menjadi hamba.
Markus 10:45 secara jelas mengatakan “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Kerendahan hati Kristus semakin nampak ketika Ia dengan jabatan-Nya sebagai Guru dan Tuhan mencuci kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:1-20). Sekali lagi, Ia adalah teladan paling sempurna dalam kerendahan hati dan dalam segala hal.
Dalam ayat 2-4 Rasul Paulus, memberikan kepada kita tips bagaimana belajar merendahkan diri seperti Kristus. Memang, bagaimanapun kita tidak mungkin sama seperti Kristus dalam merendahkan diri, sebab Ia adalah Allah yang sempurna, sedangkan kita adalah manusia yang terbatas. Namun setidaknya ada tiga hal yang dapat kita teladani berdasarkan bacaan kita ini:
1. Harus ada kesatuan, atau secara sederhana harus ada solidaritas (ayat 2). Kita semua adalah satu di dalam Kristus. Tuhan Yesus sendiri di dalam Matius 22:39 yang Ia kutip dari Imamat 19:18 memerintahkan kita supaya kita mengasihi sesama, yang menarik di sini kasih kepada sesama bukan dilakukan seperti kepada teman, tetangga, kakak, adik, maupun orang tua kita. Mengasihi sesama yang Tuhan tuntut dari kita adalah mengasihi mereka seperti diri kita sendiri.
Roma 12:5 secara jelas menggambarkan hubungan kita dengan sesama. Rasul Paulus menggambarkan hubungan kita dengan sesama seperti anggota tubuh. Masing-masing kita adalah anggota Tubuh Kristus. Perumpamaan yang dipakai di sini cukup menarik. Anggota tubuh manusia itu saling terkait. Tidak ada anggota tubuh yang mampu menjalankan fungsinya sendiri. Misalnya, tangan kita tidak akan berfungsi tanpa ada koordinasi atau perintah dari otak. Begitu juga anggota tubuh lainnya. Maka perumpamaan anggota tubuh yang dipakai oleh Rasul Paulus ini mau mengingatkan kita akan ketidaksempurnaan dan keterbatasan kita. Setiap anggota Tubuh Kristus wajib bahu-membahu dan saling melengkapi dalam melaksanakan setiap tugas dan pelayanannya. Tidak ada orang yang terlampau sempurna, maka milikilah sikap rendah hati, sama seperti Kristus.
Untuk melayani tidak membutuhkan orang yang merasa diri hebat, karena orang yang merasa diri hebat akan sulit menghargai orang lain. Tetapi dibutuhkan orang yang selain cakap, juga memiliki jiwa pelayanan dalam kerendahan hati sebagai hamba Tuhan. Sebuah gereja yang sehat akan terlihat dari setiap jemaat yang mampu mempraktekkan dan bertumbuh di dalam Firman Tuhan. (Bersambung…)
No responses yet