Senin, 25 September 2023

SAYA SAKSI KRISTUS (15)

 

Ayat Bacaan Hari ini: 1 Petrus 4:12-19

 

Ayat Hafalan: Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. 1 Petrus 4:14

 

Salah satu tokoh iman yang sering dijadikan teladan sebagai saksi Kristus dan menjadi martir adalah Stefanus. Kita dapat membaca kisahnya di kitab Kisah Para Rasul. Lukas, penulis kitab ini, rupanya sangat terkesan dengan keteladanan hidup Stefanus. Beberapa kali penyebutan namanya diikuti dengan sebutan yang luar biasa. Misalnya, “seorang yang penuh iman dan Roh Kudus” (6:5), “yang penuh dengan karunia dan kuasa” (6:8), serta di dalam kisah akhir hidupnya disebut “penuh dengan Roh Kudus” (7:55).

 

Stefanus tidak tiba-tiba menjadi martir. Sebelumnya, dia salah satu orang yang ditunjuk oleh para rasul untuk “pelayanan meja” (6:2). Ini menunjukkan bahwa dia dikenal saleh dan dapat dipercaya. Setelah pelayanannya makin berkembang, para pemuka Yahudi mulai resah. Stefanus dikatakan menghujat Allah (6:11). Dia pun diseret ke hadapan Mahkamah Agama (6:12).

Apakah Stefanus gentar dengan hal itu? Tidak. Dia justru melihat itu sebagai kesempatan yang baik untuk memberitakan Injil. Dengan kemampuan bicaranya, Stefanus menjelaskan isi Alkitab kepada orang-orang yang hadir di situ (baca: Kis. 7:1-53). Hal ini semakin membuat mereka panas. Sambil menutup telinga (7:57), tanda tidak mau mendengarkan pemberitaan Stefanus, anggota-anggota Mahkamah Agama itu menyerbunya dan melemparinya dengan batu. Stefanus pun mati sebagai martir.

 

Ada catatan menarik yang disampaikan Lukas menjelang kematian Stefanus. Ketika orang-orang dalam sidang Mahkamah Yahudi itu menatap Stefanus, mereka melihat mukanya seperti malaikat (6:15). Kemudian, ketika orang-orang menyerbunya, Stefanus melihat Yesus, Anak Manusia, berdiri di sebelah kanan Allah (7:56).

Penglihatan ini menyiratkan bahwa apa yang dilakukan Stefanus adalah benar di mata Kristus, yang akan mengadili semua orang. Inilah yang menguatkan hati Stefanus untuk menghadapi penganiayaan itu dengan keteguhan hati. Juga, sukacita yang besar karena akan bertemu Kristus.

Saya yakin keteguhan dan sukacita yang diperlihatkan Stefanus membekas di hati banyak orang waktu itu. Termasuk juga Paulus, seorang penganiaya jemaat Tuhan yang kemudian justru menjadi seorang rasul (7:58; 8:1a).

 

Seorang Bapa Gereja yang hidup sekitar abad kedua Masehi, Tertullianus, berkata, “Darah para martir adalah benih gereja.” Jika membaca sejarah pekabaran Injil, maka kita akan menemukan jejak para martir yang membuka jalan bagi tumbuhnya gereja di sebuah wilayah. Termasuk juga di Indonesia.

Sayangnya sekarang ini banyak gereja di Indonesia yang jatuh dalam zona nyaman. Mereka tidak lagi memberitakan Injil kepada orang-orang di luar Kristus karena berbagai alasan. Mereka juga berusaha menarik banyak orang dengan fasilitas dan iming-iming lainnya. Injil menjadi tidak penting. Padahal, Injillah yang membedakan gereja dengan organisasi lainnya.

Demikian juga banyak orang Kristen yang menjadi suam-suam kuku. Mereka tetap menjalankan firman Tuhan. Namun dalam batas-batas yang menurut mereka dapat diterima. Injil juga bukan lagi menjadi kesaksian yang utama. Mereka lebih suka memperlihatkan pencapaian dan diri mereka sendiri.

Gereja dan orang-orang Kristen seperti itu lupa bahwa Injil yang mereka terima harus melalui jalan yang berdarah-darah. Banyak martir yang membuka jalan dulu, barulah Injil tersebar di Indonesia. Jangan-jangan mereka juga lupa bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus pun seorang martir.

Tidak semua di antara kita akan dipanggil Tuhan untuk menjadi martir. Dalam arti, orang yang mati karena mempertahankan iman (tetapi kita harus siap). Namun, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi (Yun. μάρτυς) Kristus dalam hidup sehari-hari. Tidak jarang, itu akan membawa kerugian pada diri kita. Tetapi, bisa menjadi kesaksian yang efektif, seperti halnya Stefanus.

Maka jika Tuhan menempatkan kita di situasi yang sulit ketika kita ingin taat pada firman Tuhan, jangan sekali-kali melarikan diri. Kerugian yang bisa kita terima bisa bermacam-macam. Mulai dari sakit hati hingga kerugian materi.

Itu semua bukanlah pengorbanan yang sia-sia. Bahkan, bisa dianggap sebagai sebuah berkat karena kita berbagian dalam penderitaan Kristus. Rasul Petrus menuliskan, “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (1Ptr. 4:14). Biarlah ini semua membuat kita mampu meneladani Stefanus, yang rela kehilangan dunia demi menyaksikan Kristus pada banyak orang.

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

December 2023
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031