Sabtu, 24 April 2021
REVIVAL OF THE CROSS: SALIB KRISTUS (6)
Ayat Bacaan Hari ini: 1 Korintus 15:1-58
Ayat Hafalan: Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” 1 Korintus 15:55
Kita akan membahas mengenai penderitaan di atas kayu salib. Penderitaan karena disalib itu berbeda dengan hukuman-hukuman yang lain. Hukuman yang lain misalnya pembakaran hidup-hidup itu sangat menyakitkan tetapi hanya menyiksa sebentar. Dalam Daniel 3 ada tertulis kisah tentang Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang melawan perintah Nebukadnezar. Mereka tidak mau menyembah kepada patung yang dibuat oleh Nebukadnezar sehingga mereka dihukum mati olehnya. Mereka diikat dan dilemparkan ke dalam api yang dipanaskan 7 kali lebih panas dari biasanya. Banyak orang Kristen yang mati dibakar itu sebelumnya telah berteriak karena kesakitan, namun penderitaan mereka itu singkat. Hukuman yang lain bisa berupa kematian di mulut singa. Orang-orang Kristen zaman dahulu pernah dimasukkan ke dalam arena dan dikunci bersama singa-singa. Singa memiliki rahang yang kuat dan gigi yang tajam sehingga tulang manusia pasti hancur ketika digigit. Namun seperti hukuman api, kematian karena singa itu menyakitkan namun hanya sebentar. Daniel pernah dilempar ke gua singa (Daniel 6:17) karena melanggar perintah Raja Darius yang saat itu dihasut oleh orang-orang pemerintahan untuk menjebak Daniel. Sebenarnya Darius sangat menyayangi Daniel, namun karena perintahnya itu tidak bisa dibatalkan, maka ia harus menghukum Daniel. Tuhan melindungi Daniel dan membuat semua mulut singa itu tertutup. Setelah Daniel dikeluarkan dari gua itu, Darius memasukkan orang-orang yang menghasutnya ke dalam gua singa tersebut. Dikatakan bahwa Daniel 6:25b Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka. Mereka merasakan kesakitan itu namun hanya sebentar lalu mati.
Pemerintahan Romawi menemukan satu hukuman yang sangat menyakitkan namun tidak langsung membuat mati: SALIB. Yesus disalib selama berjam-jam. Ia mengenakan mahkota duri yang menusuk kepalanya sampai berdarah-darah selama berjam-jam. Tangan dan kaki-Nya juga dipaku dengan paku yang cukup besar yang saya yakin masih kotor dan berdebu. Ia mengalami rasa sakit di kepala, tangan, dan kakinya. Tidak hanya itu, sebelumnya Yesus dicambuk dengan duri besi yang merobek dagingnya. Luka di punggung Yesus itu dibiarkan dan tidak diobati sehingga ada bagian-bagian yang masih meneteskan darah dan menyakitkan. Ketika ia disalib, luka-luka yang masih terbuka di punggung-Nya itu harus bergesekan dengan kayu salib yang kasar. Kedua lengan Yesus yang sudah ditarik dengan paksa itu membuat Ia sulit bernafas. Jika orang yang disalib itu ingin bernafas lega, maka ia harus menarik badannya ke atas dengan menggunakan tangan dan kakinya, namun kita harus mengingat bahwa tangan dan kaki orang itu sudah dipaku. Jika ia mau menarik badannya ke atas agar bisa bernafas, maka ia harus merasakan kesakitan yang besar di tangan dan kakinya. Jika ia memilih untuk tidak menarik badannya, maka ia akan sulit bernafas. Penderitaan ini terjadi berjam-jam. Sebelum disalib, Yesus juga harus memikul salib yang berat itu ke atas bukti Golgota. Jadi tidak hanya rasa sakit, Yesus juga harus menderita kelelahan dan kurang tidur. Di sini tubuh-Nya harus menerima tekanan yang luar biasa selama berjam-jam. Jadi hukuman salib itu sangat menyiksa dan bisa menyiksa selama berjam-jam. Ini baru berbicara mengenai penderitaan badani.
Para murid yang terus bersama-Nya selama 3 tahun lebih itu telah kabur dan meninggalkan-Nya. Ini pasti memberikan luka di hati. Yesus telah menjadi Guru mereka dan begitu baik kepada mereka, namun pada akhirnya mereka meninggalkan Yesus. Tetapi bagian yang paling menyakitkan dari semua ini adalah ketika Yesus berkata: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46). Itulah penderitaan yang terbesar yaitu keterpisahan dengan Allah. Tuhan Yesus tidak pernah mengeluh ketika cambuk itu dilemparkan atau ketika paku itu ditancapkan, tetapi ketika dosa itu ditimpakan kepada-Nya, Ia berseru kepada Allah. Neraka yang sebenarnya adalah ketika terpisah dari Allah yang adalah sumber kehidupan. Rasul Petrus telah berpesan sesuai dengan ayat yang kita baca bahwa kita harus mempersenjatai diri kita dengan pikiran tentang penderitaan badani Kristus. Ini adalah ayat yang menyeramkan. Di dalam catatan Injil pun kita melihat bahwa ada banyak orang yang mau menjatuhkan Yesus. Yesus merasakan penderitaan yang sangat amat besar, dan kita sebagai pengikut-Nya harus siap dengan pikiran yang demikian. Kita dipanggil bukan untuk mempersenjatai diri dengan senjata dunia seperti uang, kuasa, dan senjata fisik tetapi kita dipanggil untuk mempersenjatai diri dengan pikiran salib. Kita harus melihat kepada salib itu. Inilah keunikan orang Kristen. Di salib itu Tuhan terlihat lemah dan mungkin ada yang bertanya bagaimana mempersenjatai diri dengan kondisi Tuhan yang seperti itu. Namun di salib itu ada suatu paradoks. Di dalam Kristus yang nampak lemah itu justru ada kemenangan. Di salib itu Ia sudah menggenapi semua kehendak Bapa. Di salib itu maut dikalahkan dan Iblis ditundukkan. ( Bersambung…)
No responses yet