Senin, 19 April 2021
REVIVAL OF THE CROSS: SALIB KRISTUS (1)
Ayat Bacaan Hari ini: Matius 27:45-56
Ayat Hafalan: Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Matius 27:46
Salah satu perkataan Yesus di atas kayu salib adalah “Eli, Eli, lama sabakhtani?” yang artinya “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Untuk orang yang tidak memahami makna salib, kalimat ini terdengar seperti teriakan yang menunjukkan ketakutan, keputus-asaan sehingga kematian Yesus di atas kayu salib dianggap identik dengan kekalahan dan kegagalan dari seorang Anak Manusia.
Jadi jika Yesus adalah Anak Allah, mengapa Dia berteriak ?
- Bukan karena takut atau tak berdaya.
Jika Dia memang takut, Dia bisa saja melarikan diri dan membereskan semuanya. Tapi Yesus menyerahkan diriNya untuk ditangkap dan dibawa ke Bukit Golgota. - Bukan karena tidak berani mati.
Jikalau Ia bisa membangkitkan Lazarus dari kematian, betapa mudahnya bagi Dia untuk mempertahankan kehidupan. - Bukan karena Dia bukan Tuhan yang hidup.
Sebelum Yesus berkata “Eli, Eli, lama sabakhtani”, Yesus berkata kepada penjahat yang disalibkan bersamaNya “Sesungguhnya hari ini juga engkau ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Di atas kayu salib, Yesus menyelamatkan. Yesus adalah Anak Allah yang kuat namun Dia tampak lemah dan tersalib. Namun walaupun Dia tersalib, Dia juga menyelamatkan orang yang tidak berdaya.
Lalu mengapa Yesus berteriak di atas kayu salib?
- Terpisah dari Allah yang suci.
Yesus yang tidak berdosa sudah menjadi berdosa, bukan karena Ia berbuat dosa tapi karena Ia memikul seluruh dosa manusia. Kesucian Allah Bapa membuatNya tidak bisa memandang Anak yang ‘berdosa’. Allah harus memalingkan wajahNya sehingga persekutuan yang dalam antara Bapa dan Anak harus terputus sesaat. - Kerelaan Yesus untuk ditinggalkan Bapa.
Mazmur 22 mencatat ekspresi nubuatan tentang apa yang terjadi dalam kehidupan Yesus di atas kayu salib. Yesus rela bukan karena Bapa ingin meninggalkan atau karena Yesus layak ditinggalkan tetapi demi menanggung dosa semua manusia. Seharusnya manusialah yang binasa, yang ditinggalkan, yang terpisah dari Allah. Tapi Yesus menjadi tumbal atas hukuman yang seharusnya ditanggung manusia.
Kematian Yesus di kayu salib bukanlah suatu kekalahan dan hal yang sia-sia. Justru itulah kemenangan. Kalau Yesus lari dan tidak mau disalib, itulah kegagalan. - Demi menebus umat manusia.
Salib adalah bukti kekuatan. Yesus menanggung segala kutuk akibat dosa sebagai korban, bukan karena kelemahan diri-Nya sebagai manusia. Salib adalah bukti keberhasilan penebusan dosa, bukan kegagalan. Kalau Yesus mau, Ia tidak perlu ke kayu salib. Ia tidak mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan manusia, atau kewajiban untuk menjadi tumbal atas dosa. Tetapi kerelaan dan kesediaan-Nya untuk maju menuju salib menunjukkan betapa besar cinta kasih-Nya.
Jika manusia yang berdosa mencoba untuk menebus dosanya sendiri, maka apa yang dihasilkan ? Hanya dosa yang menjadi tambahan atas dosa. Seperti pakaian putih yang dicuci di air kotor. Pakaian putih itu tampak bersih tetapi sebenarnya tidak bersih, hanyalah kotoran yang merata. Tetapi kebeningan dan kebersihan dari warna putih tersebut sudah berubah. Manusia akan tampak baik, tampak bersih dan tampak benar tetapi itu hanyalah karena pemerataan dosa. Tidak semua orang dapat mengerti makna salib dan pengorbanan Yesus. Maka bersyukurlah jika kita boleh percaya kepada keajaiban karya salib Yesus. Yesus bukannya tidak berdaya, namun Dia rela menerobos masuk ke dalam kematian untuk menyelesaikan seluruh pertarungan, supaya manusia yang percaya boleh didamaikan dengan Bapa di Sorga. Dia berseru “BapaKu, BapaKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” supaya kita yang berdosa setelah didamaikan dapat berseru “Bapa, terima kasih.” Maka jika kita berkata kita adalah pengikut Kristus dan kita sudah dimerdekakan dari dosa, mengapa hidup kita masih kita permainkan ? Jangan meninggalkan Tuhan atau menjual Tuhan dengan berbagai alasan, ketika permasalahan datang. Yang bisa kita lakukan sebagai rasa syukur kita adalah membayar dengan kesetiaan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan. Yesus ditinggalkan, supaya kita ditemukan. Yesus mati, supaya kita hidup.
No responses yet