Minggu, 18 Juli 2021

REVIVAL IN JOY: HATI YANG GEMBIRA (7)

 

Ayat Bacaan Hari ini: Mazmur 43:1-5 

 

Ayat Hafalan: Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku! Mazmur 43:4

 

Kita sering berpikir bahwa kebahagiaan itu adalah apa yang kita dapat dari luar. Kita kadang berpikir bahwa kebahagiaan kita adalah berdasarkan apa yang kita miliki yang bisa memuaskan kita. Kebahagiaan seperti itu adalah kebahagiaan sementara. Sukacita yang sejati karena Injil yang menjamin sukacita kita di surga. Apa perbedaan antara sukacita surgawi dan sukacita duniawi? Sukacita duniawi tidak memberikan jaminan di surga, namun sukacita surgawi yang kita miliki di dunia akan membuat kita bersukacita ketika kita bertemu dengan Tuhan di surga. Sukacita surgawi adalah jaminan yang paling sejati yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Di surga kita akan menemukan nilai keagungan, sukacita, dan kekekalan Tuhan. Ketika kita yang masih di dunia ini memberitakan Injil kemudian satu jiwa bertobat, maka para malaikat di surga akan bersukacita. Sukacita injil berarti ‘dari sukacita menuju sukacita’. Kita yang sudah memiliki sukacita itu diberikan mandat untuk membagikan sukacita itu juga kepada orang lain.

 

Pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Di mana ada dosa, di situ ada kekhawatiran, ketakutan, ketidakpercayaan, dan keresahan. Jadi ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa, sukacita dan bahagia itu terhilang. Ini karena dosa telah merusak peta dan teladan Allah.

 

Kita bukan mengejar apa yang dikatakan dunia dan kita tidak menikmati apa yang ditawarkan dunia. Kita bukan mengambil apa yang diberikan dunia untuk kita miliki baru kita bisa merasakan sukacita. Sukacita kita adalah ketika kita dipulihkan kembali sebagai peta dan teladan Tuhan dan dipulihkan kembali sehingga kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah serta ketika kita dipulihkan kembali sehingga kita memiliki potensi untuk menikmati dan bersukacita dalam Tuhan berkaitan dengan menggenapkan Kerajaan Allah. Ini berarti sukacita yang Tuhan berikan adalah dari dalam ke luar, bukan sebaliknya. Sukacita itu tidak berhenti pada diri kita untuk kita nikmati sendiri tetapi sukacita itu akan penuh di dalam diri kita sehingga kita memberitakan sukacita itu kepada orang-orang. Ketika orang-orang sangat menikmati film yang mereka tonton di bioskop, maka mereka akan mengajak orang lain untuk menonton film itu. Ketika kita menemukan makanan yang sangat murah dan sangat enak, maka kita akan membagikan informasi tersebut kepada orang lain. Ketika kita sudah mendapatkan sukacita dari Tuhan, maka kita tidak mungkin menahan berita Injil itu untuk diri kita sendiri. Kita akan tergerak untuk menceritakan berita Injil kepada orang lain dan bersaksi kepada mereka mengapa kita bahagia.

 

Sukacita surgawi, selama kita hidup di dalam dunia, adalah sukacita yang mengandung kairos dan nilai kekekalan. Sukacita itu akan kita bawa ke surga dan sukacita itu menjamin bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Di surga nanti Tuhan tidak akan bertanya berapa kekayaan kita, pengalaman kita, dan kekuasaan kita. Tuhan akan bertanya berapa banyak jiwa yang kita sudah menangkan bagi Tuhan serta berapa banyak jiwa yang bertumbuh dan melayani bersama-sama dengan kita. Jadi sukacita sejati itu bukan berkaitan dengan harta, kekuasaan, dan kepopuleran. Di surga, semua itu menjadi sampah. Oleh karena itu Paulus berani berkata dengan jelas bahwa semua yang dibanggakannya dan dianggapnya penting di masa lampau, misalnya kesukuan (sebagai orang Yahudi), jabatan (sebagai orang Farisi), kewarganegaraan (sebagai orang Roma), dan kelompok (sebagai orang Sanhedrin), sudah dianggap sebagai sampah karena Kristus (Filipi 3:8). Jika ada orang Kristen yang mengejar uang, kepuasan, dan kenikmatan namun mengorbankan pelayanan dan sukacita surgawi maka sebenarnya orang itu sedang tersesat di dalam dunia. Ia sebenarnya sedang mengejar sesuatu yang fana sedangkan semua itu tidak tercatat di surga.

 

Yudas kehilangan sukacita, namun apakah itu membuktikan bahwa sukacita bisa hilang? Sukacita surgawi dari Tuhan tidak bisa hilang. Orang yang mati dalam keberdosaan, kesedihan, keputusasaan, atau masalah hidup di mana ia kehilangan sukacita itu sebenarnya belum mendapatkan satu jaminan dari Allah Roh Kudus. Jadi jikalau dalam hati kita ada Allah Roh Kudus dan Allah adalah sukacita (Mazmur 43:4), maka seperti tertulis dalam Yohanes 16 Allah akan menjamin sukacita surgawi dalam kehidupan kita. Tidak ada kuasa manapun juga dan tidak ada perkara apapun juga termasuk kegagalan dan penderitaan yang bisa merebut sukacita surgawi yang sudah ditanamkan di dalam hati kita.

 

Biarlah sukacita surgawi senantiasa melingkupi hidup kita sepanjang hari ini. Selamat hari Minggu jemaat Imamat Rajani yang dikasihi Tuhan, Tuhan Yesus memberkati!

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

September 2024
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30