Rabu, 14 Juli 2021
REVIVAL IN JOY: HATI YANG GEMBIRA (3)
Ayat Bacaan Hari ini: Filipi 4:1-23
Ayat Hafalan: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Filipi 4:4
Kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan harapan, keinginan-keinginan yang tertunda/tidak terpenuhi, dan doa-doa yang belum dijawab, serta hubungan antar sesama yang buruk, seringkali membuat hati kita tidak bisa bergembira. Padahal ayat pokok di atas menegaskan bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur, yang mampu mengatasi segala macam “penyakit dan kekecewaan”. Terkadang di tengah-tengah masalah persoalan yang kita hadapi, kebutuhan kita yang sesungguhnya adalah hati yang gembira (bersukacita). Ini yang sering dilupakan oleh banyak orang percaya, sehingga ketika menghadapi tekanan hidup, mereka mencari penyelesaiannya sendiri (salah obat); akibatnya bukan bertambah baik tetapi bertambah buruk keadaannya, bahkan menimbulkan komplikasi yang lebih besar. Sebagai anak Tuhan, kita harus tetap bersukacita dalam segala keadaan.
Bagaimana memiliki hati yang gembira (bersukacita)? Bahasa Yunani untuk sukacita adalah chairo, diambil dari kata cairw yang berarti kasih karunia. Jadi sukacita yang dimaksud adalah sukacita yang datangnya dari Tuhan, yang merupakan perwujudan dari kasih karunia Tuhan. Memahami dan mengimani bahwa ada kasih karunia Tuhan yang besar yang diberikan kepada kita itulah yang menjadi semangat dan kekuatan dari dalam hati kita untuk memunculkan sukacita. Filipi 4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah. Ini merupakan penegasan kepada kita bahwa setiap hari kita harus bersukacita dalam Tuhan. Untuk itu, mari buat hati kita terus bersukacita karena kasih karunia Tuhan.
Rejoice = kesenangan dari dalam Bersukacita berarti menaruh kesenangan kita di dalam Tuhan. Filipi 4:11-13 mencatat bagaimana kesaksian Rasul Paulus, meskipun berada dalam penjara, ia tidak pernah kecewa melainkan tetap bersukacita; bahwa ia telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan, baik dalam kekurangan maupun kelimpahan, baik dalam hal kenyang maupun kelaparan; bahkan segala perkara dapat ditanggungnya karena ada Tuhan yang memberi kekuatan. Sukacita dari Tuhan itu memberi kekuatan. Meskipun menderita dalam penjara, Rasul Paulus bisa bersukacita. Mengapa? Sebab sukacita yang dialami Paulus itu berasal dari dalam, bukan ditentukan oleh keadaan luar. Jadi sukacita itu merupakan kesenangan dari dalam (rejoice) yang keluar dengan menggebu-gebu, yang diekspresikan melalui bahasa tubuh. Kesenangan dari dalam (rejoice) berbeda dengan kesenangan karena dipengaruhi keadaan luar (happy).
Happy = kesenangan dari luar Lukas 15:11-14 mencatat tentang anak bungsu yang terhilang. Ia ingin menikmati kebebasan sehingga minta harta warisan kepada bapanya. Setelah diberi warisan, lalu ia menjual seluruhnya dan memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya (happy). Tidak semua orang punya cukup kekuatan untuk hidup dalam kebebasan. Anak bungsu yang terhilang ini merupakan contohnya. Setelah diberi kebebasan, hidupnya bukan bertambah baik tetapi bertambah hancur. Oleh sebab itu, perlu adanya aturan (Firman Tuhan), dimana aturan itu bukan untuk menghilangkan kebebasan tetapi untuk mengarahkan hidup kita sampai ke sorga.
Sebagai orang percaya, hidup kita harus dipenuhi oleh kesenangan dari dalam (rejoice), bukan kesenangan dari luar (happy) yang terbatas sifatnya. Mazmur 16:11 menegaskan bahwa Tuhanlah yang memberitahukan kepada kita jalan kehidupan; dihadapanNya ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananNya ada nikmat senantiasa. Jadi kita dapat memiliki sukacita (rejoice) yang berlimpah-limpah ketika kita menjalin hubungan yang dekat dan sungguh-sungguh dengan Tuhan, melebihi apapun juga. Ketika kita bersukacita di dalam Tuhan, maka hidup ini akan selalu indah.
No responses yet