Kamis, 17 Februari 2022

RENUNGAN SPESIAL: HARI KASIH SAYANG (4)

 

Ayat Bacaan Hari ini: Matius 22:34-40

 

Ayat Hafalan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Matius 22:37, 39b

 

Hukum Taurat merupakan hukum yang dianugerahkan Allah pada umat-Nya untuk menjaga relasi antara manusia dengan Allah serta manusia dengan sesamanya. Yesus menyadari bahwa dua bagian tersebut ada dalam satu kesatuan. Sama-sama penting dan tidak dapat dibandingkan mana yang lebih utama. Keduanya adalah hukum yang sama-sama utama. Mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri merupakan hukum yang sama pentingnya dengan mengasihi Allah.

 

Bagian yang kedua ini seringkali secara cepat dimaknai bahwa kita harus berbuat baik pada sesama. Itu memang benar, tetapi mari kita soroti kalimat Tuhan Yesus tadi secara lebih seksama. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Seseorang tidak dapat mengasihi sesamanya jika ia tidak mengasihi dirinya sendiri. Kemudian bagaimanakah kita semestinya mengasihi diri kita? Secara prinsip, sama seperti yang Yesus katakan tentang mengasihi Allah yakni dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Kita perlu belajar untuk mengasihi diri sendiri. Hal ini tidak diartikan sebagai bentuk egoisme atau tindakan narsistik. Mengasihi diri sendiri merupakan sebuah bentuk penerimaan atas apa yang ada dan terjadi dalam diri kita. Dengan menggunakan hati, jiwa, dan akal budi, kita belajar untuk memahami apa yang lebih dan kurang dari diri kita. Kita belajar untuk menerima dan berdamai dengan keadaan diri sendiri. Kita tidak terus menerus menyalahkan diri jika kita salah. Kita juga tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain dan terus menuntut diri kita agar sama seperti orang lain. Kita perlu belajar percaya pada diri sendiri, percaya bahwa diri kita pun baik adanya. Diri kita diciptakan Tuhan bukan dengan asal-asalan. Ketika kita dapat percaya pada diri kita, maka kita sedang percaya bahwa kebesaran dan cinta kasih Tuhan yang berkarya atas diri kita.

 

Kasih yang kita upayakan pada diri sendiri itulah yang akan menuntun kita untuk dapat mengasihi sesama. Hanya seseorang yang dapat menerima dirinyalah yang dapat menerima orang lain dengan tulus. Hanya seseorang yang dapat menjaga dirinyalah yang dapat menjaga orang lain. Hukum Taurat yang dianugerahkan oleh Allah pada manusia tentang relasinya dengan sesama manusia bukanlah suatu tuntutan semata agar manusia berperilaku baik pada orang lain, tetapi juga agar manusia berperilaku baik pada dirinya sendiri. Allah ingin menghindarkan manusia dari kondisi-kondisi yang tidak baik, makanya Ia menganugerahkan hukum untuk mengatur kehidupan manusia denganNya dan sesamanya.

 

Ketika seseorang mengasihi Allah dan dirinya dengan sungguh dan penuh, maka kasih itu akan memancar pada sesamanya. Ia akan dimampukan Allah untuk menyatakan kebaikan-kebaikan yang menenangkan dirinya dan sesamanya. Ia tidak akan punya alasan untuk tidak mengasihi sesamanya. Ia tidak akan kelelahan untuk terus memahami dan mengasihi orang lain. Bahkan, ia akan terus mencari orang-orang yang perlu ia kasihi. Cinta kasih diantara pasangan tidak boleh lagi dimaknai secara sederhana dengan melakukan tindakan tidak senonoh seperti seks bebas. Cinta kasih diantara keluarga tidak boleh lagi dikecilkan hanya dengan memberikan uang atau biaya harian pada anak tetapi tidak pernah memberikan waktu untuk saling memperhatikan. Cinta kasih pada rekan kerja tidak boleh lagi dipraktikkan hanya sekadar kerja bersama kemudian justru menjelek-jelekan satu sama lain di belakang. Cinta kasih mesti kita rayakan secara utuh yakni dengan hati, jiwa, dan akal budi. Cinta kasih kepada Allah dan diri sendiri yang memancar pada sesama sudah semestinya mewujud dalam praktik paling sederhana. Lewat sapaan, senyuman, pengertian, kesediaan membantu, pemberian waktu untuk mendengarkan keluh kesah, bahkan sampai keberanian untuk menyuarakan hak-hak kemanusiaan. Cinta kasih itu semestinya kita rayakan dengan utuh dan lebih sungguh bersama pasangan, keluarga, rekan kerja, juga orang-orang yang membutuhkan meski tidak kita kenal secara intim.

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *