Rabu, 16 Februari 2022
RENUNGAN SPESIAL: HARI KASIH SAYANG (3)
Ayat Bacaan Hari ini: Matius 22:34-40
Ayat Hafalan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Matius 22:37, 39b
Bulan Februari sering disebut sebagai bulan kasih sayang karena ada peringatan Valentine’s Day setiap tanggal 14 Februari. Ada banyak pihak yang memanfaatkan bulan ini untuk berbicara secara mendalam tentang kasih. Perayaan hari kasih sayang pun dikemas dengan berbagai bentuk. Ada yang isinya bicara soal kasih sayang pada pasangan, keluarga, komunitas bekerja, rekan pelayanan, bahkan ada juga yang berbicara tentang mengasihi Tuhan di momen hari kasih sayang ini. Namun tidak sedikit juga yang memakai momen hari kasih sayang untuk melakukan hal-hal tidak baik. “Valentine nih, kita holiday berdua yuk,” kata seseorang kepada pacarnya, kemudian berujung dengan melakukan free sex. “Ma, hari Valentine nih, jalan-jalan yuk!” kata seorang anak pada ibunya. “Mama kasih uang ya, kamu pergi aja sama mba atau teman-teman kamu,” jawab ibunya. Benarkah tindakan demikian merupakan bentuk mengasihi antara satu orang kepada yang lain?
Orang Kristen sangat identik dengan ajaran kasih karena ajaran utama Yesus tentang hukum kasih. Ajaran ini seringkali dilihat sebagai ajaran yang menguatkan ketika dunia lebih banyak mengajari manusia untuk mengurus diri pribadi dan tak perlu memedulikan orang lain. Namun tak jarang juga ajaran ini dilihat sebagai hal utopis yang tidak mungkin dilakukan manusia. Hukum kasih hanya dilihat sebagai aturan yang kalau mampu dilakukan, kalau tidak mampu, dilewatkan saja. Tetapi mari kita melihat hukum ini untuk mencari kekuatan dalam mengasihi sesama.
Dalam Matius 22:37-40, termuat perkataan Yesus yang menjadi inti dari ajaran Kristen yakni hukum kasih yang biasa juga disebut hukum yang terutama. Pada bagian ini Yesus sedang menjawab pertanyaan seorang Farisi sekaligus ahli Taurat yang sedang menguji-Nya. Yesus mengatakan demikian: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Dari jawaban Yesus, kita dapat melihat bahwa Ia memahami apa yang Ia hayati sebagai hukum Tuhan. Hukum Taurat bukan hanya dilihat secara teknis, tetapi juga secara filosofis dan mendalam. Ia berteologi lewat hukum yang diberlakukan dalam kehidupan beragama. Saat ini sikap yang sedang populer di kalangan masyarakat justru sikap yang bertentangan dengan apa yang Yesus lakukan. Banyak orang beragama hanya karena rutinitas, hanya menelan mentah-mentah apa yang tertulis, apa yang diterapkan sebagai aturan. Banyak orang beragama tanpa menggunakan nalar dan penghayatan. Hal inilah yang membuat pemaknaan tentang beragama menjadi semakin sempit. Orang-orang yang berjuang untuk mengasihi Allah lewat ketaatannya terhadap aturan keagamaan menjadi orang-orang yang salah arah. Mereka tidak lagi mengasihi Allah, mereka hanya mengasihi aturan keagamaan yang dipandang begitu penting dan suci.
Seperti apa yang Yesus katakan, kita diminta untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Artinya kita harus berusaha untuk menjadi pribadi yang mau mengolah rasa, mengolah emosi, maupun mengolah pengertian kita akan Allah. Kita mengasihi-Nya dengan keseluruhan diri kita.
KASIHILAH TUHAN ALLAHMU DENGAN SEGENAP HATIMU
No responses yet