Sabtu,08 Januari 2022
RENUNGAN SPESIAL AWAL TAHUN 2022 (7)
Ayat Bacaan Hari ini: Roma 12:8
Ayat Hafalan: “Janganlah kamu menjadi seruap dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12:2
Tahun Baru, awal yang baru… Memasuki tahun yang baru, kita sering kali menginginkan juga kehidupan yang baru dan lebih baik di dalamnya. Melupakan kegagalan yang ada di belakang, membuat awal yang baru bagi suatu perubahan. Karena itu, kita sering menuliskan “resolusi tahun baru”. Kita coba membuat daftar hal-hal yang ingin kita lakukan di tahun yang baru dan berjanji akan menggenapinya. Tetapi lucunya, menurut statistik dari Universitas Scranton, hanya 8% dari orang-orang yang membuat daftar resolusi tahun baru yang mengerjakannya dengan baik. Pada minggu pertama tahun baru, sudah ada 25% orang yang gugur dalam menjalankan resolusi tahun barunya, dan 6 bulan kemudian, sudah ada lebih dari 50% orang yang gugur. Lalu, buat apa kita membuat resolusi tahun baru? Mengapa kita sering kali gagal dalam menjalankan resolusi tahun baru kita?
Bagi orang dunia, resolusi tahun baru banyak dibuat karena merasa diri kurang baik menurut standarnya sendiri. Tetapi, bagi orang Kristen, alasan membuat resolusi tahun baru seharusnya berkaitan dengan kegagalan kita dalam mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Oleh karena itu, resolusi tahun baru orang Kristen sesungguhnya dapat dilakukan sekarang juga tanpa harus menunggu tahun yang baru. Kita dapat berkomitmen melakukan hal tersebut secara konsisten setiap hari, dan bukan menunggu awal tahun untuk mulai melakukannya. Perintah untuk saling mengasihi bukanlah suatu perintah untuk memberikan awal tetapi suatu perintah untuk dihidupi setiap harinya dan terus menerus.
Alkitab jelas mengatakan bahwa tidak mungkin orang berubah hanya dengan “mencoba lebih keras” atau “menulis komitmen lebih banyak”, karena pada dasarnya tindakan kita dipengaruhi oleh hati kita dan bukan oleh komitmen-komitmen yang terpikir logis. Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita tidak memiliki kekuatan untuk mengubah diri kita sendiri dari hal-hal yang buruk, kecuali oleh pertolongan anugerah dan pekerjaan Roh Kudus yang mengubahkan kita. Oleh karena itu kita harus sadar, bahwa untuk mengubah diri menjadi orang yang lebih memuliakan Tuhan, kita perlu sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Dalam hal ini, doa menjadi sangat penting, karena doa adalah tanda kebergantungan kita kepada Tuhan.
Terakhir, tidak semua resolusi tahun baru yang kita buat adalah resolusi yang baik. Tidak semua yang kita pikir baik adalah suatu hal yang benar-benar baik. Demikian juga dengan apa yang kita kerjakan setiap hari, tidak semuanya adalah baik. Oleh karena itu dalam membuat resolusi tahun baru, kita tidak seharusnya berpikir hanya resolusi kita sendiri, melainkan kita harus bertanya mengapa kita mau melakukan itu dan apakah tujuan akhirnya. Jika tujuan akhirnya bukan supaya nama Kristus yang semakin dipermuliakan, bukan supaya kerajaan Allah dinyatakan, dan bukan supaya kehendak Bapa di surga digenapi, lantas atas dasar apakah resolusi tersebut dapat disebut sebagai resolusi yang baik?
Resolusi tahun baru berkait erat dengan keinginan kita untuk berubah. Orang dunia ingin berubah karena berbagai alasan dan dengan standar yang berbeda-beda. Mereka berjuang menggunakan kekuatan sendiri dan biasanya tujuan akhirnya adalah untuk dirinya sendiri. Tetapi sebagai orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus, kita seharusnya memiliki konsep yang berbeda. Kita berubah karena Allah telah menyelamatkan dan menebus kita. Hendaklah kita berubah menurut standar Sang Pencipta yang telah dinyatakan di dalam firman-Nya – Alkitab, dengan kekuatan yang bergantung kepada Allah, dan dengan tujuan untuk kemuliaan Allah.
No responses yet