Selasa, 29 Desember 2020
RENUNGAN SPESIAL AKHIR TAHUN 2020 (2)
Ayat Bacaan Hari ini: Mazmur 106:1-48
Ayat Hafalan: “Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Mazmur 106:1
Momen akhir tahun ini, mari kita jadikan suatu kesempatan untuk mengevaluasi diri dengan melihat ke belakang (retrospeksi) hari-hari yang telah kita lalui. Bagaikan berada di neraca timbang kehidupan, kita boleh mengukur dan menilai; manakah timbangan terberat: apakah kebaikan atau keburukan, kebenaran atau kesalahan, keberhasilan atau kegagalan. Kitalah yang paling tahu mencermati dan menilai beratnya timbangan hidup kita. Dari hasil mengevaluasi timbangan kehidupan, maka saat ini kita jadikan momen yang strategis untuk membangun tekad atau komitmen menata kehidupan di tahun yang baru, tahun 2021.
Jika demikian, kita menjadi orang yang lebih bijak dalam menyikapi dan mengantisipasi perjalanan hidup di tahun yang baru. Dengan kerinduan dan harapan untuk tidak mau lagi mengulang kesalahan dan kegagalan di tahun yang lalu. Inilah langkah awal; “starting point”; bahwa kita mau belajar dari masa lalu untuk membangun masa kini dan menyongsong masa depan yang lebih baik. Kita memang tak dapat mengubah masa lalu, tetapi kita dapat membangun masa kini lebih baik dari dari masa lalu serta menyambut masa depan yang penuh harapan. Tentunya bukan karena kepandaian dan kekuatan kita, melainkan oleh kasih setia Tuhan, sekali lagi hanya karena Tuhan bukan karena kita.
Contoh yang baik mengevaluasi hidup adalah dengan belajar dari sejarah hidup umat perjanjian lama. ”Abraham Lincoln berkata, one cannot escape history, orang tidak dapat meninggalkan sejarah. Hal yang sama disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Pertama, Soekarno: “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Setiap orang adalah produk masyarakat dan masyarakat adalah produk masa lampau, ialah produk sejarah. Dengan mempelajari sejarah kita akan mampu menghindari berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lampau untuk kemudian memperbaiki masa depan. Bangsa Israel gagal untuk belajar dari masa lalu, gagal belajar dari sejarah. Berulang kali mereka mengalami kasih setia Tuhan dan pemeliharaan-Nya yang tak berkesudahan. Sayangnya umat tak meresponi kasih setia Tuhan dengan hidup sesuai kehendak-Nya. Mereka tidak mengerti perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan dan tidak ingat besarnya Kasih setia-Nya. Itulah sebabnya berulang kali mereka memberontak dari hadapan Tuhan.
Mazmur 106 ini diawali dengan ajakan pemazmur untuk bersyukur kepada Tuhan sebab Ia baik. Kebaikan Tuhan berlaku selama-lamanya. Pernyataan ini menegaskan bahwa kasih setia Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan berlaku dalam segala situasi. Hal ini juga berarti bahwa kebaikan Tuhan tidak bergantung pada manusia, melainkan keberpihakkan Allah bagi umat-Nya. Kendati umat berulang kali menikmati kebaikan Tuhan dan berkali-kali gagal untuk meresponi kebaikan-Nya, kasih setia Tuhan tidak pernah berubah. Meneladani pemazmur, kita diajak untuk mengutamakan kebersamaan, menikmati sukacita dan berkat dalam suatu persekutuan umat pilihan tetapi selalu terajak untuk bersyafaat bagi orang lain Doa pemazmur ini memang berbeda dengan doa kita, kita ingin berkat Tuhan hanya untuk keluarga, kelompok, bahkan diri kita sendiri. Keinginan hati seperti ini adalah awal dari suatu tindakan yang merugikan dan merusak. Perbuatan Tuhan berbanding terbalik dengan perbuatan umat-Nya, Ia menyelamatkan mereka dari tangan pembenci dan musuh, sehingga dapat melintasi samudera raya. Pengalaman dahsyat ini membuat mereka percaya pada Firman-Nya dan menyanyikan pujian kepada-Nya.
Kini tahun akan berganti tapi kasih setia Tuhan berlaku sepanjang kehidupan. Itulah kiranya membuat kita menyanyikan pujian bagi-Nya menjemput tahun baru, karena Tuhan telah menjamin terpeliharanya kebahagiaan dan kesejahteraan kehidupan umat-Nya.
No responses yet