Senin, 18 Oktober 2021
PENGAMPUNAN YANG MENYEMBUHKAN (1)
Ayat Bacaan Hari ini: Matius 11:25-30
Ayat Hafalan: Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 11:28
Dengan terpancarnya Kasih Allah dalam pengampunan, hal tersebut memberikan jaminan akan “kesembuhan”, suatu jaminan akan kebebasan atas keterikatan belenggu, baik secara jasmani maupun rohani. Dan ini tentunya hanya dapat diperoleh dengan adanya sikap “mengampuni” . Lalu muncul pertanyaan bagi kita, sikap mengampuni macam apa yang membawa “kesembuhan” ini? Atau mengapa dengan mengampuni, seseorang mengalami kesembuhan? Pengampunan yang diterima menjadi syarat mutlak bagi seseorang agar memperoleh rahmat kesembuhan, yang membebaskannya dari belenggu sakit dan dosa.
Kita pun dapat mengkajinya lebih jauh lagi, bahwa kesembuhan ini dapat bersifat lahiriah maupun batiniah, baik jasmani maupun rohani. Secara lahiriah kita dapat mengukurnya dari segi jasmani, fisik, maupun raganya. Tubuh manusia sangat rentan dengan berbagai sakit penyakit. Dan karena yang sifatnya tersebut, butuh pendukung lain agar membuatnya menjadi sehat dan kuat. Namun demikian, tubuh secara jasmini tidak bisa mencegah dirinya sendiri untuk tidak sakit, ia tidak kuasa menolak rusaknya beberapa jaringan/organ/ atau fungsi tubuh lainnya. Semuanya saling berhubungan dan mengakibatkan terjadi sakit yang tidak bisa dielakkan. Ketika tubuh tidak bisa “mengobati” dirinya sendiri, maka “membutuhkan” Tuhan untuk menyembuhkannya. Kita merindukan kehadiran “kuasa” lain yang mampu memberi kesembuhan. Disinilah Kasih Allah memainkan perananNya. Dia yang adalah Kasih tidak akan membiarkan umatNya menderita. Banyak kisah bagaimana Yesus memberikan mukjizat kesembuhan fisik kepada orang sakit, bahkan orang mati pun dibangkitkanNya. Kuasa kasih pengampunan Allah membawa kesembuhan jasmani. Demikian pula kita hendaknya bisa memberikan kasih pengampunaan kepada orang lain, sehingga hal tersebut dapat berdampak pada kesembuhan secara fisik, perubahan yang nyata dari kondisi tubuh yang sakit berangsur-angsur menjadi baik. Di sini dapatlah dipahami bahwa berkat kasih pengampunan, seorang sakit dapat memperoleh kesembuhan fisik.
Bila kita lihat dari sisi lain, kesembuhan di sini terkait dengan kesembuhan jiwa, psikis, maupun rohani, lebih mengarah pada situasi batin. Tidak dipungkiri setiap dari kita pasti mempunyai dan mengalami beban hidup yang beragam. Banyak pengalaman dalam hidup yang membuat kita menjadi “sakit”, kita tidak bisa menerimanya, kita berusaha menolak bahkan ingin “mengubur”nya sedalam-dalamnya, kita mengalami luka batin yang harus kita terima. Di sini kita sangat membutuhkan “penolong” yang dapat membebaskan dari “penderitaan” luka batin. “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.” Kembali Kasih Allah nampak begitu besar bagi kita. Dia senantiasa memberi kebahagiaan bagi kita. Dan dengan rahmat kasih pengampunan, kita menjadi tenang, lalu kebahagiaan dan sukacita tersebut akan melingkupi hidup kita. Seseorang yang mengalami kesembuhan batin, jiwanya akan mengalami kebahagiaan, mengalami sukacita dan kegembiraan. Ia terlepas dari luka-luka batin. (Bersambung…)
No responses yet