Sabtu, 20 November 2021
MURAH HATI SEPERTI BAPA DI SURGA (6)
Ayat Bacaan Hari ini: Matius 25:31-46
Ayat Hafalan: Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Matius 25:40
Keadilan dan kemurahan hati adalah dua hal yang tak terpisahkan. Keadilan tanpa kemurahan hati adalah kekejaman, sedangkan kemurahan hati tanpa keadilan adalah pemborosan. Orang yang murah hati adalah orang yang melakukan karya belas kasih, baik secara jasmani maupun rohani, yang membantu sesamanya, tidak dengan maksud manusiawi, tetapi dengan iman, yaitu karena mengasihi Allah. Pada Penghakiman Terakhir, Kristus akan menerima orang-orang yang murah hati ini ke dalam Kerajaan-Nya (Mat 25:35-35).
Karena itu, kemurahan hati ataupun belas kasih tidak hanya untuk dihubungkan dengan tindakan amal atau derma, tetapi juga dalam hal menanggung beban sesama demi kasih kepada Tuhan. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan Yesus menyebut berbahagia, mereka yang menolong orang-orang yang susah, sebab mereka melihat bahwa mereka sendiri pun beruntung telah dibebaskan dari kesusahan. Maka orang yang murah hati adalah orang yang merasakan kesusahan orang lain, seolah itu adalah kesusahannya sendiri. Dengan demikian, ia akan mau mengampuni orang yang bersalah kepadanya, karena ia sadar bahwa ia pun memerlukan pengampunan dari Tuhan. Inilah inti dari perumpamaan tentang pengampunan (Mat 18:21-35). Orang yang murah hati akan rela mengampuni orang yang bersalah kepadanya “sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali,” yang maksudnya, tak terbatas. Dasarnya adalah, sebab ia pun telah banyak kali bersalah terhadap Tuhan. Dengan demikian kita melaksanakan apa yang setiap kali kita daraskan dalam doa Bapa Kami, “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.”
Allah mengajarkan kepada kita, bahwa kemurahan hati Allah akan kita terima, asalkan kita pun bermurah hati kepada sesama. Demikianlah yang dialami oleh pencuri yang disalibkan di sebelah kanan Yesus. Ia tidak memikirkan dirinya sendiri, namun memikirkan keselamatan pencuri di sebelah kiri Yesus yang menghujat Dia. Dalam penderitaannya, sang pencuri yang bertobat itu mengajak rekannya berpikir tentang kesalahan mereka sendiri, dan mengakui bahwa Yesus tidak bersalah. Ia kemudian juga mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Raja, di saat hampir semua murid Yesus malah meninggalkan Dia. Kata pencuri yang bertobat itu, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk 23:42). Dan Yesus menanggapi kemurahan hatinya dengan kemurahan hati yang tak tertandingi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).
Dalam pidatonya ketika menerima penghargaan Nobel, Ibu Teresa bertutur tentang seorang lelaki yang datang kepadanya meminta bantuan. Ia memberikan beras kepada lelaki itu. Ketika lelaki itu pulang, dia melihat tetangganya yang tak punya beras, lalu membagikan beras itu. Ibu Teresa bertanya, mengapa ia membagi beras itu kepada tetangganya? Lelaki itu menjawab, sebab tetangganya tak punya beras, sementara ia punya, jadi ia berbagi. Itulah murah hati.
Prinsip utama dari Kerajaan Allah adalah kemurahan hati. Ia adalah Allah yang murah hati, dan oleh karena itu, Ia dapat menerima siapa saja di dalam Kerajaan-Nya sesuai dengan kemurahan hati-Nya. Murah hati, pada gilirannya, harus menjadi mutu hidup dari setiap orang yang menjadi pengikut Kristus, serta sudah menerima jaminan keselamatan kekal.
Sikap murah hati ini harus dimunculkan dalam seluruh perilaku hidup keseharian umat Tuhan, bukan agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah; sebaliknya, justru karena sudah dijamin masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
No responses yet