Kamis, 18 November 2021
MURAH HATI SEPERTI BAPA DI SURGA (4)
Ayat Bacaan Hari ini: Amsal 19:1-29
Ayat Hafalan: Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. Amsal 19:17
Salah seorang tokoh dalam sejarah Gereja yang memiliki sikap yang murah hati adalah Mother Theresa. Dia adalah seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di Kalkuta, India. Beliau adalah seorang tokoh yang murah hati dan penuh belas kasih terhadap orang-orang miskin, orang-orang yang terlantar, orang-orang yang berada pada kelas-kelas terbawah, serta orang-orang yang terpinggirkan. Mother Theresa melihat bahwa Kristus telah memanggilnya untuk boleh mengasihi diri-Nya yang terlihat di dalam penderitaan yang dialami oleh orang-orang miskin, teraniaya, terpinggirkan dan terjebak di dalam penggolongan kelas sosial kehidupan itu. Selama dalam kurun waktu 1948-1997 dimulai dari masa pelayanannya sampai pada akhir kehidupannya, Mother Theresa menunjukkan kemurahan hatinya dan belas kasihnya kepada orang-orang yang miskin itu, Mother Theresa telah berjasa dan menjadi orang yang penting di dalam sejarah dunia, ia adalah ibu yang penuh dengan kemurahan dan belas kasih, sebab Kristus nyata dan bekerja di dalam kehidupannya.
Apakah yang dimaksud dengan kata “murah hati”? Kata “murah hati” dalam bahasa Yunaninya adalah eleemon. Tetapi yang dimaksud sebenarnya oleh Matius adalah kata khesed dari bahasa Ibrani, sebuah kata yang sulit untuk diterjemahkan. Arti murah hati menurut khesed adalah menaruh simpati terhadap orang lain; ikut menyesal atau merasakan kesedihan yang dialami oleh orang lain. Khesed adalah suatu kemampuan untuk menempatkan diri benar-benar di dalam pribadi orang lain sehingga kita dapat mengerti apa yang dipikir dan dirasakannya. Jadi khesed adalah suatu tindakan untuk mengidentifikasikan diri kita dengan orang lain, karena itu kita tergerak dan terdorong untuk melakukan pertolongan kepada mereka yang miskin, tertindas dan sengsara.
Yesus Kristus mengajarkan agar umat yang percaya kepada-Nya hidup di dalam kemurahan seorang terhadap yang lain. Barangsiapa yang murah hati mereka akan beroleh kemurahan. Dalam pesan yang disampaikan oleh Yesus kepada orang-orang yang mengikutinya saat khotbah di bukit, Yesus memberikan pesan praktis kepada para pengikutnya untuk bermurah hati. Khotbah di bukit itu menjadi pengajaran penting dari Yesus tentang kualitas hidup dari orang-orang yang percaya kepadanya. Artinya menjadi jelas bahwa praktek hidup orang yang percaya haruslah menjadi bahagian yang penting dan diutamakan di dalam kehidupan mereka. Khususnya dalam hal ini ialah praktek hidup yang tergambar dalam sikap murah hati seorang terhadap yang lain. Kristus menghendaki agar setiap orang percaya menjadi perpanjangan tangan Allah kepada orang-orang kecil, hina, menderita dan sengsara.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari kita melihat begitu banyak masyarakat yang menderita. Kita melihat kemiskinan ada di mana-mana. Sebagian masyarakat masih trauma dengan bencana-bencana alam yang mereka hadapi. Mereka yang korban penyalahgunaan Narkoba sudah bertaburan di mana-mana. Sesama kita yang hidup dengan AIDS/HIV juga sedang dalam pergumulan yang berat. Masih banyak saudara-saudara kita yang terlantar dan melarat. Kita juga melihat masih banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi karena ketidakmampuan orangtuanya. Melalui nas ini kita dipanggil oleh Yesus untuk menjadi orang yang murah hati. Marilah kita turut bersimpati dan berempati terhadap penderitaan saudara kita pada masa kini. Marilah kita membuka mata dan mengulurkan tangan kita untuk menolong mereka. Kita tinggalkan sebentar zona aman kita untuk menolong sesama kita. Jika kita mau bermurah hati kepada saudara-saudara kita yang menderita, maka digenapilah ucapan Yesus bagi kita, yaitu memiliki dan menikmati kebahagiaan yang sejati dan bernilai Ilahi.
No responses yet