Kamis, 30 Juni 2022

MENCINTAI KELUARGA (4)

 

Ayat Bacaan Hari ini: 1 Korintus 13:1-13

 

Ayat Hafalan: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 1 Korintus 13:4

 

Seorang janda miskin bernama Ruth mempunyai seorang putri berumur 7 tahun bernama Sandra. Kemiskinan membuat Sandra harus membantu ibunya berjual kue di pasar dan karena miskin Sandra tidak pernah bermanja-manja kepada ibunya. Pada suatu musim dingin, di pagi hari saat selesai membuat kue, Ruth melihat keranjang kuenya sudah rusak dan Ruth berpesan kepada putrinya untuk menunggu di rumah karena ia akan membeli keranjang baru di pasar.

 

Saat pulang Ruth tidak menemukan Sandra di rumah. Ruth langsung marah besar. Putrinya benar-benar tidak tau diri, hidup susah tapi masih juga pergi main-main, padahal tadi sudah dipesan agar menunggu rumah. Akhirnya Ruth pergi sendiri menjual kue dan sebagai hukuman pintu rumahnya dikunci dari luar agar Sandra tidak dapat masuk. Putrinya mesti diberi pelajaran, pikir Ruth dengan geramnya.

 

Malam hari sepulang dari menjual kue, dari kejauhan Ruth melihat Sandra berbaring, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu rumah mereka. Ruth langsung berteriak sambil berlari memeluk Sandra yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Jeritan Ruth memecah kebekuan salju saat itu. Ia menangis meraung-raung, tetapi Sandra tetap tidak bergerak. Dengan segera Ruth membopong Sandra masuk ke rumah. Ruth mengguncang-guncang tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Sandra, tapi sudah terlambat. Tiba-tiba sebuah bingkisan kecil jatuh dari tangan putrinya. Ruth mengambil bungkusan kecil itu dan membuka isinya. Isinya sebuah biskuit kecil yang dibungkus kertas usang dan tulisan kecil yang ada dikertas adalah tulisan Sandra yang berantakan tapi masih dapat dibaca:

 

“Mama pasti lupa, ini hari istimewa bagi mama, aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah, uangku tidak cukup untuk membeli biskuit yang besar… Mama selamat ulang tahun”.

 

Ruth berteriak histeris, sambil menciumi wajah putrinya yang telah terbujur kaku. Dia berulang kali memohon maaf di depan jenasah putrinya, tapi yang ada hanya penyesalan. Putrinya telah pergi untuk selamanya, akibat dari emosi sesaat yang dilakukan olehnya.

 

Jemaat IMRA, cerita ilustrasi di atas mengingatkan kita akan pentingnya mencintai keluarga kita. Kadang kita menjadi orang yang luar biasa ramah, luar biasa sabar bila berhadapan dengan rekan-rekan di kantor, di Gereja ataupun di lingkungan sekitar kita. Tapi bila kembali ke rumah, kita menjadi emosian dan sering marah-marah kepada keluarga kita sendiri. Kita selalu menumpahkan stress dan kekesalan yang kita alami diluar kepada istri/suami, anak-anak ataupun orang tua kita. Padahal yang Tuhan Yesus inginkan adalah agar kita menjadi pembawa damaiNya Tuhan dimanapun kita berada, termasuk di dalam keluarga kita sendiri. Jangan menunggu sampai kehilangan keluarga kita untuk selamanya, baru kita menyadari betapa kita sangat mencintai mereka. Selagi mereka ada, tunjukkan kasih Kristus yang ada di dalam hidup kita kepada mereka.

 

Renungan hari ini menutup pelajaran di bulan Juni ini tentang “Victorious Family”. Doa kami, agar semua keluarga di IMRA dipelihara dan diberkati oleh Tuhan Yesus, sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan. Sampai bertemu di bulan Juli 2022 dengan pengajaran yang baru, Tuhan Yesus memberkati!

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *