Jumat, 13 Agustus 2021
KEMERDEKAAN YANG SEJATI (5)
Ayat Bacaan Hari ini: Ibrani 2:1-18
Ayat Hafalan: supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; Ibrani 2:14b
(Sambungan…)
Apabila sejarah manusia hanya sampai di situ, sorga tidak akan pernah dihuni oleh manusia dan sejarah manusia akan berakhir tragis: setelah dicipta menurut rupa ALLAH dan menikmati segala ciptaan lainnya dari ALLAH yang luar biasa selama hidupnya, manusia akan berakhir pada ruangan penghukuman kekal.
Puji syukur kepada ALLAH! ALLAH kita adalah ALLAH yang “mengosongkan diri” dan menyangkal diri-Nya bersedia turun ke dunia mengambil rupa seorang manusia. Tidak ada jalan lain bagi manusia untuk diperdamaikan dengan Pencipta-Nya selain berdasarkan inisiatif perdamaian yang datang sendiri dari ALLAH. Dosa manusia yang membuat manusia gagal memenuhi standar ALLAH, telah membuat manusia seteru ALLAH. Dosa manusia telah menciptakan suatu jurang antara ALLAH dan manusia yang tidak terseberangi oleh manusia. Karenanya, agar Kristus dapat mengalahkan maut, Kristus harus menjadi manusia sehingga Kristus dapat mati, dan kemudian bangkit (Ibrani 2:14). Tetapi, berbeda dengan kematian manusia yang disebabkan karena dosa manusia sendiri, kematian Kristus adalah satu-satunya kematian yang terjadi karena kehendak ALLAH (Galatia 1:4) dan kematian yang saatnya ditentukan sendiri oleh Kristus, bukan karena dibunuh tentara Romawi (Yoh.10:17-18). Kematian Kristus adalah kematian yang menelan kematian (Yesaya 25:8). Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan-Nya atas kuasa maut. 1 Korintus 15:17: “jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.”
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus adalah kemerdekaan yang sejati karena telah menaklukkan sekali dan untuk selama-lamanya “musuh” terbesar dan terakhir manusia, yakni dosa dan kematian.
Kehidupan kita saat ini menjadi relevan bagi kehidupan setelah kematian karena sudah ada Kristus yang menjembatani kehidupan saat ini dan kehidupan setelah kematian. Tanpa Kristus, hidup kita sekarang tidak akan membawa nilai tambah apa-apa bagi kehidupan setelah kematian karena sebaik-baiknya, sesaleh-salehnya dan sesuci-sucinya kita hidup di dunia ini, semuanya tidak mempunyai nilai apa-apa dan tidak dapat memuaskan standar kesempurnaan ALLAH untuk berdamai dengan ALLAH. Kemerdekaan oleh Kristus bagi kita 2000 tahun lalu sudah membereskan dan mempersiapkan bagi kita kehidupan berikut kita.
Ada suatu hikayat tentang suatu kerajaan yang mempunyai tradisi yang unik. Orang yang menjadi raja di kerajaan tersebut diberi kesempatan untuk mendapatkan apa saja yang dikehendakinya, dengan ketentuan, setelah mencapai “usia pensiun” sebagai raja ia harus turun tahta dan dibuang ke pulau yang tidak menyediakan fasilitas kemudahan apapun sehingga yang bersangkutan harus berusaha sendiri melakukan survival untuk bertahan hidup. Pulau pembuangan itu telah menjadi saksi bisu bagi kehidupan yang tragis dan ironis dari para mantan raja yang sangat menderita mengalami post power syndrome. Walaupun hidup berkelimpahan di pulau istana, hidup masing-masing raja tersebut tidak pernah tenteram karena mereka sudah mengetahui bagaimana jadinya mereka di pulau kedua.
Tetapi satu kali bertahta–lah seorang raja yang berhikmat. Selama ia bertahta, salah satu perintahnya adalah melakukan renovasi total atas pulau angker tersebut. Pulau yang tadinya menjadi mimpi buruk bagi para raja pendahulunya kini telah disulap menjadi tidak kalah indah dengan pulau pertama. Begitulah, selama masa hidupnya di pulau pertama, ia tidak pernah mengkuatirkan kualitas kehidupannya di pulau kedua. Ketika saatnya tiba bagi raja ini untuk “dibuang”, ia dengan senang hati menyongsong tibanya hari itu.
Demikiankah hidup kita saat ini? Hanya apabila pulau tujuan kita sudah siap, kita dapat benar-benar menikmati hari dan tahun di pulau asal. Hanya dengan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita, maka kita dapat memperoleh kepastian mendapatkan tempat di Sorga kelak.
(Bersambung…)
No responses yet