Senin, 29 Juni 2020

KELUARGA YANG MELAYANI (1)

Ayat Bacaan Hari ini: Filipi 2:1-11

Ayat hafalan: “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Filipi 2:4

“Melayani” adalah istilah yang tidak asing di dalam kekristenan sehingga semua orang yang mengaku sebagai orang Kristen haruslah menyadari bahwa dirinya adalah seorang pelayan atau hamba. Kita dipanggil untuk memiliki gaya hidup yang mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri. Hal itu terungkap dalam pengajaran Paulus dalam Filipi 2, “tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (ay. 2-3).

Paulus pun melanjutkan agar kita meneladani Yesus Kristus dalam hal pelayanan ini, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (ay. 6-7). Hal ini selaras dengan perkataan Yesus sendiri bahwa tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia adalah untuk melayani (Markus 10:45).

Jika demikian, kita meyakini bahwa prinsip “melayani” adalah prinsip yang seharusnya mewarnai seluruh kehidupan orang percaya, termasuk di dalam bidang pernikahan dan keluarga. Prinsip melayani ini begitu bermanfaat di dalam membangun pernikahan yang sehat dan mantap, sehingga Gary Chapman menggunakannya sebagai salah satu tanda pernikahan yang fungsional. “Dalam keluarga yang sehat, para anggota mempunyai perasaan bahwa kalau mereka melakukan sesuatu untuk kepentingan anggota-anggota keluarga lain, mereka melakukan sesuatu yang benar-benar baik. Dalam keluarga yang fungsional, akan bertumbuh suatu kesadaran bahwa melayani orang lain merupakan salah satu panggilan hidup yang paling tinggi”.

Mandat budaya yang Allah tetapkan ini masih tetap berlaku hingga masa kini. Allah tetap memanggil keluarga-keluarga Kristen untuk menjadi keluarga yang melayani sehingga bisa menjadi berkat bagi keluarga itu sendiri dan bagi pekerjaan Allah secara umum. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16).

Yang dimaksud dengan “menjadi berkat bagi keluarga itu sendiri” adalah:

  1. Manusia membutuhkan contoh/teladan di dalam melayani. Bila suami dan istri memberikan teladan yang baik tentang saling melayani maka hal ini akan memberikan inspirasi atau dorongan bagi seluruh anggota keluarga untuk melayani. Orang yang tidak pernah mengalami “dilayani” akan sulit untuk tergerak melayani. Sebaliknya, orang yang pernah mengalami “dilayani” akan lebih mudah untuk melayani. Dengan demikian, anak-anak akan terdorong melayani di tengah-tengah keluarga.
  2. Membangun spirit “saling melayani” di dalam keluarga. Bila poin pertama bisa terjadi, maka semangat untuk saling melayani akan mewarnai pernikahan dan keluarga. Keluarga akan belajar untuk mengutamakan other-centered, dan belajar untuk tidak self-centered.

Selain menjadi berkat bagi keluarga sendiri, hal ini pun bisa menjadi berkat bagi pekerjaan Allah. Kita akan membawa keluarga kita untuk menjadi keluarga yang peduli kepada pekerjaan-pekerjaan Allah, misalnya terlibat dalam pelayanan di gereja, di lembaga misi, atau pelayanan-pelayanan sosial lainnya. Keterlibatan keluarga-keluarga dalam pekerjaan Allah sangat diperlukan karena, selain untuk melaksanakan mandat budaya, juga karena pekerjaan Allah yang begitu luas membutuhkan keterlibatan seluruh jemaat Tuhan. Setiap umat Tuhan memiliki peran yang penting dalam pekerjaan Tuhan. ( Bersambung… )

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

September 2024
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30