Senin, 15 Maret 2021
JALAN SERTA YESUS (1)
Ayat Bacaan Hari ini: Filipi 2:1-18
Ayaf Hafalan: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” Filipi 2:5
Dari dulu, sejak masih ikut sekolah Minggu sering diperdengarkan bahwa orang percaya berjalan dengan Tuhan. Kalimat ini juga menjadi syair lagu yang cukup terkenal, yaitu “Jalan Serta Yesus”. Persoalannya adalah apakah orang percaya benar-benar mengerti dan mengalami apa yang dimaksud dengan berjalan bersama dengan Yesus? Kalau orang percaya berjalan dengan Tuhan, maka hal itu bukan sekadar supaya dilindungi dan dijaga, seperti yang sering diucapkan banyak orang Kristen: Tuhan beserta kita. Yang mana hal itu dimaksudkan bahwa Dia akan membuat orang percaya sukses, berhasil, terlindungi, aman, dan lain sebagainya sesuai dengan versi manusia. Padahal Tuhan menyertai orang percaya juga untuk mendidik dan mengarahkan orang percaya “sampai kepada Bapa”.
Orang percaya harus memahami bahwa berjalan dengan Yesus adalah perjalanan yang berat dan berbahaya. Orang yang berjalan dengan Yesus harus mengimbangi kesucian-Nya. Itu berarti orang yang berjalan bersama dengan Yesus harus terus bertumbuh dalam kesucian atau karakternya guna serupa dengan Dia. Dengan semakin serupa Yesus, seseorang semakin dapat mengimbangi Dia dalam berjalan bersama. Harus selalu diingat bahwa bukan Tuhan yang menyesuaikan diri dengan orang percaya, tetapi orang percaya yang harus menyesuaikan diri dengan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: Ikutlah Aku. Mengikut Yesus berarti mengikuti jejak-Nya, hidup seperti Dia pernah menjalani hidup di bumi ini dengan tubuh daging seperti manusia.
Orang yang berjalan dengan Tuhan akan sangat berhati-hati atas setiap kata yang diucapkan, keputusan-keputusan yang dipilih atau diambil, bahkan setiap gerak pikiran dan perasaannya. Segala sesuatu yang dilakukan oleh orang percaya yang berjalan dengan Tuhan sangat memengaruhi perasaan Tuhan. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dilakukan orang percaya harus dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan baik-baik; apakah dengan melakukan hal tersebut melukai hati Tuhan atau menyenangkan hati-Nya. Tentu saja orang percaya dalam segala hal yang dilakukan membuat Tuhan merasa nyaman. Bagi orang tidak berjalan dengan Tuhan, ia bisa berbuat sesuka hatinya sendiri, sebab ia tidak perlu mempertimbangkan perasaan Tuhan, tetapi orang percaya tidak demikian.
Satu prinsip penting yang harus dikenakan oleh orang percaya dalam berjalan dengan Tuhan, yaitu agar orang percaya bisa berjalan harmoni dengan Tuhan adalah selalu berpikir seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang, apa yang dilakukan, bagaimana cara berpikir dan gaya hidup-Nya? Orang percaya harus berusaha untuk dapat memiliki kehidupan seperti kehidupan yang Yesus dulu jalani. Hanya dengan demikian orang percaya dapat memiliki sebuah persekutuan yang ideal dan harmoni dengan Tuhan Yesus. Sudah tentu Tuhan Yesus tidak akan berjalan dengan orang yang tidak seirama dengan Diri-Nya.
Tuhan sering membawa orang percaya kepada keadaan-keadaan dimana terbuka peluang untuk berbuat dosa, memuaskan nafsu dan ambisi, korupsi, meninggikan diri, dan lain sebagainya. Situasi tersebut merupakan kesempatan, apakah orang percaya memilih membuat hati Tuhan nyaman atau dibahagiakan, atau sebaliknya membuat hati Tuhan terluka. Seharusnya kesempatan tersebut merupakan kesempatan berharga untuk dapat menyenangkan hati Tuhan, sebagai bukti kesediaan orang percaya mengakui bahwa Dia adalah Tuhan yang harus dipatuhi dengan segenap hati.Dengan demikian sebutan Tuhan di mulut orang percaya bukan sebutan kosong dan munafik.
Orang yang berjalan dengan Yesus tidak boleh menyertakan oknum lain dalam perjalanan tersebut. Ini berarti orang percaya yang berjalan dengan Tuhan tidak boleh tertarik sesuatu atau seseorang yang ketertarikannya tersebut melebihi ketertarikannya terhadap Tuhan. Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak cukup menjadi prioritas, walaupun prioritas pertama. Tuhan Yesus bukan sekadar prioritas pertama, tetapi Tuhan Yesus adalah satu-satunya yang mendominasi kehidupan orang percaya. Tidak heran kalau Tuhan Yesus mengatakan: Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku (Matius 10:37).
Orang yang berjalan dengan Yesus tidak bisa lagi hidup sesukanya sendiri, tetapi harus berprinsip “makananku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Dengan mengikuti Yesus orang percaya harus melepaskan semua hak-haknya. Hal melepaskan semua hak, telah dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri. Dalam tulisannya Paulus menyatakan: yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:6-8). Dengan demikian berjalan dengan Tuhan berarti hanya hidup guna melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
No responses yet