Selasa, 09 November 2021
HIDUP DALAM KEMURAHAN HATI (2)
Ayat Bacaan Hari ini: Kisah Para Rasul 20:17-38
Ayat Hafalan: Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” Kisah Para Rasul 20:35
Ada seorang anak muda yang taat sekali beribadah. Tak pernah sekali pun ia melewatkan acara-acara keagamaan di gerejanya. Suatu hari, ketika melangkahkan kaki keluar gereja, sebuah kecelakaan terjadi di depan matanya. Namun pemuda itu tak bergeming. Ia hanya merasa kasihan pada korban kecelakaan dan berlalu begitu saja. Sedangkan para pengendara motor di sekitarnya berlarian untuk menolong sang korban. Menurut Anda, siapakah yang lebih mencerminkan kasih Bapa pada saat itu? Anak muda ini atau orang-orang lainnya tersebut?
Alkitab mencatat bahwa “kasih itu murah hati. kemurahan hati diartikan sebagai tindakan nyata berbuat baik kepada orang lain. Dengan demikian, murah hati adalah bentuk perwujudan nyata dari kasih yang dapat dirasakan orang lain. Maka, tidaklah heran jika kasih itu tidak tinggal di dalam kita, kita pun sulit untuk menjadi murah hati.
Itu sebabnya, supaya dapat memiliki kemurahan hati yang sejati, pertama-tama kita harus memiliki kasih yang dari Allah. Ketika kasih Allah ada dalam hati kita, kasih itu pun pasti akan terpancar dalam perbuatan kita. Dan satu-satunya cara supaya hati kita penuh dengan kasih Allah hanyalah dengan mengalami Bapa secara pribadi. Sekedar datang beribadah saja tidaklah cukup. Hanya jika kita mengalami perjumpaan pribadi dengan-Nya, Roh Kudus akan memenuhi kita dan kemurahan-Nya pun akan terimpartasi ke dalam hati kita. Ketika kita sungguh-sungguh mengalami kepenuhan Bapa, hati kita pasti diubah menjadi seperti hati-Nya. Sehingga kita akan dapat melihat keadaan di sekitar kita seperti Allah melihat, dan kita bertindak seperti Dia bertindak. Kemurahan hati kita tidak lagi pasif, yang hanya berhenti pada perasaan. Namun kasih itu menjadi dinamis, yang melahirkan perbuatan. Kita pun akan menjadi pelaku firman seperti yang Allah kehendaki.
Karakter inilah yang harus dikembangkan dalam diri setiap diri anak-anak Tuhan, sebab keKristenan itu identik dengan kasih dan salah satu bukti bahwa kita memiliki kasih adalah murah hati. Banyak orang Kristen yang tidak punya sifat murah hati, mereka lebih suka menerima daripada memberi. Padahal Alkitab menyatakan, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah 20:35). Seringkali kita berpikir bahwa yang berbahagia adalah orang yang suka menerima, karena ia mendapat sesuatu dari orang lain. Mulai hari ini mindset itu harus dirubah! Justru kebahagiaan itu ada dalam diri orang yang suka memberi. Memberi, saat memberi atau menabur, harus ada yang dikorbankan dan itu mungkin terasa sangat berat bagi kita, tapi percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, Dia melihat apa yang telah kita perbuat untuk-Nya dan juga sesama.
Mengapa kita harus murah hati? Karena Bapa kita di sorga “…seumur hidup Ia murah hati;” (Mazmur 30:6), dan sebagai anak-anak-Nya, kita wajib dan harus mengikuti jejak-Nya. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36). Bukti nyata bahwa Bapa itu Maha pemurah adalah Ia rela memberikan Putera-Nya Yesus Kristus untuk mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia, yang oleh-Nya kita diselamatkan. Selama pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus juga selalu menunjukkan kasih dan kemurahan hati terhadap semua orang. Maka dari itu, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yohanes 2:6). Bermurah hati atau suka memberi itu tidak selalu identik dengan berkorban uang atau materi. Tapi kita yang diberkati Tuhan, adalah wajib bagi kita untuk memberkati orang lain, karena tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat.
No responses yet