Jumat, 20 Mei 2022
ANAK TUHAN YANG BIJAKSANA (6)
Ayat Bacaan Hari ini: Mazmur 90:1-17
Ayat Hafalan: Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Mazmur 90:1-12
Musa dalam doanya berkata: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (ay.12). Doa ini dipanjatkan oleh bangsa Israel yang telah lama dihukum oleh Allah, karena dosa-dosanya. Israel menyadari bahwa dia memang pantas dihukum, akan tetapi pertanyaannya, masih berapa lama lagi? Mazmur 90 mengajarkan kepada kita sebuah gambaran tentang bagaimana hati yang bijaksana itu. Mari kita telusuri bersama bagaimana kita menggapai “hingga kami memperoleh hati yang bijaksana” itu:
Hati yang menyadari hanya Tuhan tempat perteduhan (ay. 1-2)
Sikap hati bijaksana yang pertama dan utama ditandai dengan kesadaran bahwa hanya Tuhan tempat berteduh. Situasi seperti sekarang sungguh membuat kita melihat bahwa tidak ada tempat yang dapat menjadi tempat kita berteduh selain dalam Tuhan Yesus Kristus. Musa dalam doanya pada ayat 1 dan 2 ini memberikan dua gambaran tentang Tuhan tempat perteduhan itu. Pertama Ia adalah Juru Selamat dan kedua Ia adalah Pencipta. Sebagai Juru Selamat Allah bekerja di dalam waktu, sedangkan sebagai Pencipta Allah bekerja di luar dan mengatasi waktu.
Menyadari dan mempercayai bahwa Allah tempat perteduhan kita itu adalah Juru Selamat dan Pencipta akan membuat kita dapat tetap tenang dan bersemangat menghadapi situasi saat ini. Ketika kita bertanya sampai kapan Tuhan masalah ini? Kita diingatkan bahwa Allah bekerja di luar waktu dan mengatasi waktu, sehingga kita diyakinkan bahwa semua pasti indah pada waktunya, tinggallah kita terus beriman dan berteduh kepada-Nya.
Hati yang menyadari kerapuhan manusia (ay. 3-6)
Musa dalam doanya pada bagian ini menyadarkan kita bahwa kita begitu fana dan rapuh. Kesadaran akan hal ini merupakan ciri kedua dari hati yang bijaksana. Kefanaan manusia itu seperti rumput yang di waktu pagi berkembang dan tumbuh, namun di waktu petang lisut dan layu. Situasi saat ini menyadarkan kita bahwa kefanaan itu tidak mengenal status, kekayaan, kedudukan dan kepintaran pada akhirnya kita semua akan dikembalikan menjadi debu lewat panggilan ilahi: “Kembalilah, hai anak-anak manusia!” (ay.3)
Hati yang menyadari dahsyatnya murka Allah (ay.7-12)
Hati yang bijaksana ditandai juga dengan kesadaran bahwa Allah bisa murka dan murkanya itu dahsyat. Musa menggambarkan bagaimana manusia tidak akan bisa berlari dari murka Allah. Tetapi, ingat kehangatan murka Allah itu untuk “mengejutkan” kita (ay.7b) Murka atau amarah Tuhan itu bertujuan untuk menyampaikan atau mengingatkan kembali sebuah pesan bagi umatNya. Sekali lagi murka atau amarah Tuhan itu bertujuan untuk menyampaikan atau mengingatkan kembali sebuah pesan bagi umatNya, oleh karena itu pada akhir bagian ini Musa berseru: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (ay. 12). Menghitung hari berarti sebagai orang percaya kita mengingat kembali bagaimana kita menjalani hari-hari kita, bagaimana kita menggunakan hari-hari yang Tuhan berikan, dan bagaimana kita mempertanggung jawabkan setiap waktu yang Tuhan berikan. Ingat suatu saat kita akan menghadap tahta pengadilan Kristus, “Bema”, sebagaimana Alkitab menuliskan: “kita akan menghadap tahta Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah”. (Roma 14:10). “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus” (2 Korintus 5:10) dan pada saat itu kita harus mempertanggung jawabkan hari-hari kita.
No responses yet