Rabu, 25 Mei 2022

ANAK TUHAN YANG BIJAKSANA (11)

 

Ayat Bacaan Hari ini: Yakobus 3:13-18

 

Ayat Hafalan: Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Yakobus 3:17

 

Mengambil keputusan adalah suatu tindakan yang seringkali tidak mudah untuk dilakukan. Sekalipun hal yang kelihatannya sederhana, seperti memilih menu makan siang, kadang-kadang bisa membingungkan. Karena itu ada orang-orang yang lebih senang untuk menyerahkan keputusan, kecil ataupun besar, kepada orang lain daripada ia menjadi pusing. Ada pula orang yang memang sering tidak mau mengambil keputusan karena takut menghadapi resikonya. Lalu, bagaimana sebenarnya kita harus bersikap dalam mengambil sebuah keputusan?

 

Pada waktu raja Salomo pergi mempersembahkan kurban bakaran di Gibeon, Tuhan menampakkan diri dalam suatu mimpi dan berfirman, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu” (1Raj 3: ay.4-5). Bukannya meminta umur panjang, kekayaan, atau kekuasaan, Salomo meminta hikmat untuk memimpin umat Tuhan yang begitu besar (ay.7-9). Salomo menyadari bahwa kokohnya suatu kerajaan bergantung pada hikmat yang dimiliki rajanya. Tuhan berkenan atas permintaan Salomo dan memberikan kepadanya hikmat yang luar biasa. Terbukti, pada waktu terjadi perselisihan antara dua orang perempuan yang memperebutkan seorang bayi, Salomo dapat menyelesaikannya dengan bijaksana (ay.16-28).

 

Salah satu hal yang menjadi kerinduan semua orang adalah mengalami perjanjian damai yang sesungguhnya. Salah satu pilar yang penting untuk dapat mengalami perjanjian damai adalah pengambilan keputusan yang bijaksana. Seperti Salomo, kita perlu berdoa memohon hikmat agar Tuhan memampukan kita untuk mengambil keputusan dengan bijaksana. Mintalah hikmat agar bisa membedakan antara hal-hal yang bisa dan harus diubah dan hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Dengan demikian kita beroleh kebijaksanaan apakah kita harus berbuat sesuatu (do something) atau tinggal diam dan berserah kepada-Nya (do nothing).

 

Salah satu definisi dari kebijaksanaan adalah suatu kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang spesifik. Sayangnya, masih banyak orang Kristen sering mengambil keputusan yang salah dalam hidup mereka sehingga berakibat sangat buruk. Singkatnya, menjadi anak Tuhan tidak otomatis menjadi orang yang bijaksana. Kebijaksanaan harus ditumbuhkan selama kita hidup.

 

Bagaimana menumbuhkan kebijaksanaan? Amsal memberi tiga petunjuk:

 

Pertama, bersahabatlah dengan orang-orang yang bijaksana. Kita bisa menimba pengetahuan dan pengalaman mereka.

 

Kedua, jangan menganggap diri lebih pandai dan hebat daripada orang lain. Prinsip ini terkait erat dengan prinsip pertama. Orang yang sombong pasti tidak mau mendengar nasihat orang lain.

 

Ketiga, milikilah keyakinan yang kuat pada kasih setia Tuhan atas kita. Mengapa ini penting? Karena sering kali kita harus mengambil keputusan penting dalam situasi yang genting. Bila kita tidak percaya pada pemeliharaan Tuhan yang sempurna maka kita mudah dilanda kepanikan. Kita akan sulit mengambil keputusan yang bijaksana bila kita sedang panik.

 

Sekali lagi, kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang sekejap ada dalam diri kita saat kita dilahirkan baru. Kita harus terus melatih dan mengembangkan kebijaksanaan. Mari kita mulai dengan mengambil keputusan yang bijaksana dalam perkara-perkara yang kecil sehingga kita lebih siap mengambil keputusan yang bijaksana dalam perkara-perkara yang lebih besar.

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *