Kamis, 04 November 2021
GENEROSITY (KEMURAHAN HATI) (4)
Ayat Bacaan Hari ini: Galatia 5:16-26
Ayat Hafalan: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22-23
Kemurahan (sering juga diterjemahkan sebagai kebaikan, dan erat kaitannya dengan kasih dan belas kasihan) memiliki arti watak atau perangai yang suka berkontribusi bagi kebahagiaan orang lain dengan memberi bantuan untuk memenuhi kebutuhan atau meringankan kesusahan yang ditunjukkan melalui perkataan dan perbuatan. Kemurahan lahir dari hati yang berbelas kasihan dan dilakukan secara tulus, tanpa mengharapkan sesuatu sebagai imbalan atau untuk keuntungan pribadi. Kemurahan menggambarkan kualitas hidup yang berguna dan bermanfaat tanpa dibatasi keadaan yang sedang dialami. Murid Kristus dipanggil untuk menunjukkan kemurahan yang demikian di tengah-tengah budaya masa kini yang makin tersapu ke dalam pola pikir “semua untuk saya” dan “mata ganti mata.”
Kemurahan adalah sifat Allah yang membuat-Nya secara aktif bertindak untuk menyelamatkan manusia berdosa dan memberi yang terbaik kepada semua ciptaan. Seperti itu pulalah seharusnya kemurahan yang dihasilkan Roh Kudus dalam hidup orang percaya. Kemurahan lebih dari sebatas emosi dan tidak bisa diwakili oleh perasaan kasihan dan ungkapan simpati yang keluar dari mulut tetapi tidak disertai dengan perbuatan konkret. Yakobus secara retoris menunjukkan betapa kemurahan harus diikuti oleh tindakan nyata (Yak. 2:15-16). Pengajaran Tuhan Yesus mengenai orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-37) menunjukkan bahwa orang yang murah hati tidak akan berdiam diri saat ada orang yang ditimpa kesusahan dan membutuhkan bantuan; ia akan bertindak tanpa memandang latar belakang atau perbedaan seperti suku, ras, agama, golongan dan lain-lain. Senada dengan itu, Yohanes dalam 1 Yoh. 3:17 menunjukkan bahwa praktik kemurahan sebagai bukti nyata kasih Allah yang ada dalam diri seseorang. Seorang anak Allah yang memiliki kasih Allah tidak boleh hanya bilang kasihan tanpa secara aktif bertindak memberi pertolongan (1 Yoh. 3:18). Paulus menghimbau agar praktik kemurahan itu melekat – seperti mengenakan pakaian – dalam diri murid Kristus, yang selalu aktif dan muncul secara spontan dalam setiap situasi.
Paulus menggunakan bentuk jamak ketika menggambarkan perbuatan daging (Gal. 5:19-21). Artinya itu adalah daftar dosa yang bisa kita pilih; tidak setiap orang melakukan semua itu sepanjang waktu. Misalnya, saya memilih untuk berpesta pora dan memuaskan hawa nafsu saja tetapi tidak mau melakukan penyembahan berhala. Sedangkan ketika berbicara tentang buah Roh Paulus menggunakan bentuk tunggal. Artinya Roh tidak menghasilkan sembilan buah tetapi satu buah dengan sembilan rasa dan kita tidak bisa memilih, memisahkan atau mengisolasi salah satu dari padanya demi kenyamanan kita. Buah Roh bukanlah daftar untuk dipilih. Jika salah satu rasa (kebajikan) hilang, jika kita menghapus kemurahan dari agenda hidup kita, maka sesungguhnya kita tidak memiliki buah Roh.
Kemurahan mendapatkan bentuknya dalam pemberian materi. Karena kemurahan merupakan sebuah sikap hati maka tindakan kemurahan tidak tergantung dari berapa jumlah harta yang kita miliki; kita bisa memberi bahkan di tengah kekurangan. Tetapi kemurahan tidaklah melulu berkaitan dengan memberi materi, karena kemurahan punya bermacam-macam output seperti: membagi ilmu atau keahlian, memberi tenaga, membagi waktu untuk mendengar keluh kesah orang lain, memberi masukan, nasihat dan lain-lain.
Tuhan Yesus berkata, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk. 6:36). Pesan ini dengan jelas menyatakan bahwa kemurahan hati kita seharusnya mengikuti bentuk kemurahan hati Allah dan itu terbukti dari kerelaan kita untuk mengampuni dan mengasihi sesama agar ada relasi yang dipulihkan.
Kiranya kita dikenal sebagai “Pengikut Kristus” (Yunani: Christos) dan “Pelaku Kemurahan” (Yunani: Chrestos). Amin.
No responses yet