Minggu, 25April 2021

REVIVAL OF THE CROSS: SALIB KRISTUS (7)

 

Ayat Bacaan Hari ini: 1 Petrus 4:1-19

 

Ayat Hafalan:  Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, –karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa–, 1 Petrus 4:1

 

(Sambungan…)

 

Di dalam kitab Injil, Yesus memberitahukan dengan penderitaan dan kematian-Nya beberapa kali. Di dalam Injil Matius dicatat sebanyak 4 kali dan di dalam Injil Markus dicatat sebanyak 3 kali. Di dalam Injil Matius, ketika Tuhan pertama kali menyatakan pemberitahuan itu, Petrus menegur-Nya (Matius 16:21-23) Allah sudah memerintahkan misi salib itu namun Petrus mau hal itu jauh dari Tuhan Yesus. Di sini perkataan Petrus tidak sejalan dengan Doa Bapa Kami. Di dalam Doa Bapa Kami dikatakan ‘jadilah kehendak-Mu’, namun Petrus tidak berpikir demikian. Tuhan Yesus berkata ‘enyahlah Iblis’. Teguran ini sangat keras. Saat itu mereka berpikir bahwa Yesus akan duduk di takhta Daud dan para murid akan menjadi menteri-menteri-Nya. Yakobus dan Yohanes pun pernah meminta untuk duduk di sebelah kiri dan kanan Tuhan Yesus (Matius 20:20-21). Ini adalah posisi yang begitu tinggi seperti Yusuf di hadapan Firaun. Di sini para murid masih menganut pikiran kerajaan manusia dan tidak mengerti pikiran Kerajaan Allah itu seperti apa. Ketika Petrus masih belum mempersenjatai dirinya dengan pikiran salib, ia masih memiliki pikiran dunia yang bertentangan dengan Kerajaan Allah. Itulah mengapa Yesus menegurnya ‘enyahlah Iblis’. Mungkin saat itu Petrus bermaksud baik dan tidak ingin Yesus mengalami bahaya, namun pikirannya tidak sesuai dengan pikiran Tuhan, maka dari itu ia mendapatkan teguran keras. Kita tidak cukup hanya menjadi baik saja tetapi kita juga harus mengerti pikiran Allah.

 

Saat Yesus dan para murid-Nya pergi ke taman Getsemani, para murid masih memakai pikiran duniawi. Petrus mempersenjatai dirinya dengan pedang fisik. Saat Yesus akan ditangkap, Petrus memotong telinga dari hamba imam besar. Tuhan Yesus menegur Petrus dan menyembuhkan telinga hamba itu. Petrus menyerang dengan kuasa fisik karena pikirannya masih duniawi. Saat itu ia menyerang dalam ketakutannya dan bukan keberaniannya, karena setelah Yesus ditangkap, ia juga kabur. Ada orang-orang yang suka menyerang karena takut diserang terlebih dulu. Orang yang ketakutan itu cenderung melindungi diri dan mengorbankan orang lain dan bukan mengorbankan diri demi orang lain. Itulah pikiran Petrus. Ini kegagalan Petrus. Sebelumnya Petrus berkata bahwa ia tidak akan goyah iman walaupun Yesus ditangkap dan dibunuh. Ia bahkan menekankan bahwa dirinya lebih baik daripada murid-murid yang lain (Matius 26:33). Namun ternyata pada kenyataannya Petrus menyangkal Yesus 3 kali sebelum ayam berkokok 2 kali (Markus 14:30). Petrus bahkan sempat bersumpah ketika menyangkal Yesus (Markus 14:71). Di sini dia masih berpikiran dunia dan bukan salib. Setelah kegagalan-kegagalan itu, Yesus bangkit dan bertemu dengan Petrus dan bertanya: apakah engkau mengasihi Aku? (Yohanes 21:16-17). Ia baru saja menyangkal Gurunya sebanyak 3 kali namun Yesus kemudian bertanya tentang kasihnya kepada Yesus. Yesus bisa saja membalasnya dengan berkata “Aku juga tidak mengenal engkau” namun itu bukan cara Tuhan. Tuhan mengampuninya dan bahkan memercayakan domba-domba-Nya kepada Petrus. Petrus pasti sangat tertegur. Ia bahkan belum menyatakan maaf tetapi Tuhan sudah bertanya tentang kasih (agape) lalu memercayakan jemaat-Nya kepada Petrus. Saat itu Petrus belum bisa memberikan kasih yang tertinggi kepada Yesus. Petrus kemudian menjalankan misinya termasuk dalam menulis surat yang kita baca ini. Saat ia menulis 1 Petrus 4:1-2, saya yakin Petrus teringat akan kegagalannya. Dahulu ia belum memiliki pikiran salib namun kemudian ia memilikinya dan menulis surat itu untuk jemaat Tuhan. Mungkin saja ada orang-orang yang menuduh dan mengingatkan Petrus akan kegagalannya di masa lampau, namun ia tahu bahwa dirinya sudah dibarui oleh Tuhan. Ia mendapatkan lembaran baru dan tugas kerasulan itu masih dipercayakan kepadanya.

 

Inilah respons dari orang yang dewasa iman. Orang yang dewasa iman itu bukanlah orang yang sudah mandiri dari Tuhan, tidak perlu lagi bergantung kepada Tuhan. orang yang dewasa iman itu adalah orang yang setiap hari berdoa memohon pertolongan Tuhan. Dalam sebuah lagu yang berjudul Help Me Believe, ada lirik yang mengatakan bahwa kita ini sebenarnya pengemis-pengemis di hadapan Allah yang begitu rindu akan kehadiran Allah dan bahwa kita ini sebenarnya bisa melihat secara iman namun masih samar-samar. Lagu itu juga mengutip doa dalam Markus 9:24. Ketika penderitaan itu datang, ingatlah akan salib Kristus. Salib Kristus adalah pusat dari iman kita. Itulah mengapa kita terus berbicara tentang salib Kristus. Kita bukan kehabisan bahan khotbah tetapi kita harus terus merenungkan salib Kristus. Semua hal dalam iman kita harus dikaitkan dengan salib Kristus. Itulah iman Kristen yang sejati.

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *