Selasa, 12 Oktober 2021

MELEPASKAN PENGAMPUNAN (2)

 

Ayat Bacaan Hari ini: Matius 18:21-35

 

Ayat Hafalan: Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Matius 18:21

 

Mudah atau sulitnya pengampunan itu tergantung pada seberapa besar dan seberapa lama  engkau dibiarkan (membiarkan diri) terluka atau dilukai. Semakin lama luka, marah dan benci atau dendam itu terbiarkan, maka akan semakin sulit seseorang bisa melepaskan pengampunan.

 

Tentu kita tahu…bahwa mengampuni adalah perintah Tuhan. Barangsiapa tidak bisa mengampuni sesamanya, maka Tuhan juga tak mengampuni dosanya. Dan ini dinyatakan oleh Tuhan Yesus sendiri ketika menjawab pertanyaan Petrus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” (Matius 18:21). Poin jawaban Tuhan Yesus adalah jika engkau tidak bisa mengampuni maka engkau juga tidak diampuni. Ini adalah standar dari nilai Kerajaan Allah.

 

Pertanyaannya: “How can I forgive when it hurts so much.” Tidakkah kita harus memperhatikan kasusnya apa? Seberapa besar dan dalam “belati” yang melukai? Mengapa seolah pengampunan begitu mudah untuk diucapkan dan dituntutkan bagi kita? Alkitab tidak mengatakan bahwa pengampunan itu mudah. Tentulah sulit dan bisa jadi teramat sulit, tetapi tapi itu bukan berarti mustahil. Mengampuni itu menjadi begitu sulit karena:
1. Saat orang tidak memahami seberapa BESAR dan DALAM luka (ketakutan dan trauma) yang kita alami. Ini bukan soal benar dan salah, tetapi ini soal empati yang tulus dan menyeluruh dari apa yang kita alami dan derita selama ini.
2. Saat kita dipaksa menyangkali rasa sakit dan kemarahan yang selama ini kita rasakan.
3. Saat kita dipaksa melupakan kejadian yang membuat kita terluka.
4. Saat kita merasa tindakan itu sebagai tindakan SATU ARAH yang dituntutkan kepada kita (yang adalah korban). “Saya sih bersedia mengampuni..tetapi dia tidak pernah sungguh sungguh merasa bersalah, atau dia tidak sungguh sungguh mau berubah..”

 

Lalu, apa yang perlu dan dapat kita usahakan, agar pengampunan yang sudah sulit itu tidak semakin sulit?

 

Pertama, tentu harus di mulai dengan sikap empati yang mendalam untuk memahami luka dan ragam perasaan yang ada (takut, malu, marah, benci dll). Nyatakan bahwa yang salah memang salah.

 

Kedua, kita harus dibantu untuk mempercayai dan menyatakan bahwa kasih itu masih ada. Bukan hanya masih ada tetapi kasih itulah obat ajaib dari Tuhan buat kita yang terluka. Hanya karena anugerah kasih dan pengampunan dari Tuhanlah kita dimampukan untuk mengasihi dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita (ini yang diajarkan dalam doa Bapa kami). Harus ada bapa yang menaungi, Bapa yang menyertai dan Bapa yang mengasihi.

 

Ketiga, kita minta anugerah untuk mampu mengatasi ‘ingatan kepahitan’ yang menghantui pikiran dan menghapuskan kepercayaan. Kita perlu anugerah yang besar untuk memasuki hidup baru.

 

Keempat, hubungan dengan BAPA yang dipulihkan akan menolong kita untuk memperbaharui hubungan kita dengan orang yang melukai kita. Ingat..jangan terus fokus pada masalahnya, tapi fokuslah pada perbaikan hubungan dengan Bapa.  Libatkanlah Tuhan dalam menemukan kembali arti sebuah hubungan.

Category
Tags

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *